JAKARTA, Cobisnis.com – Istanbul dikenal sebagai salah satu kota paling bersejarah di dunia. Namun, sebelum dikenal dengan nama sekarang, kota ini telah mengalami beberapa kali pergantian nama seiring perubahan kekuasaan dan peradaban.
Sejarah kota ini bermula sekitar tahun 660 SM ketika kolonis Yunani dari Megara mendirikan permukiman bernama Byzantium. Lokasinya yang strategis menjadikan kota ini pusat perdagangan penting antara Asia dan Eropa.
Pada tahun 330 M, Kaisar Romawi Constantine I menjadikan Byzantium sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi Timur. Sejak saat itu, kota tersebut berganti nama menjadi Konstantinopel, yang berarti kota milik Constantine.
Konstantinopel berkembang pesat selama berabad-abad. Kota ini menjadi pusat politik, ekonomi, dan agama dunia Kristen Timur, sekaligus salah satu kota paling maju di dunia pada masanya.
Perubahan besar terjadi pada 1453 ketika Kesultanan Ottoman di bawah Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel. Peristiwa ini menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur dan membuka era baru kekuasaan Islam di kawasan tersebut.
Meski telah berada di bawah kekuasaan Ottoman, nama Konstantinopel tetap digunakan dalam administrasi resmi dan hubungan internasional. Namun dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat lokal mulai menyebut kota ini sebagai Istanbul.
Nama Istanbul diyakini berasal dari frasa Yunani “eis tin polin” yang berarti “menuju kota”. Sebutan ini mencerminkan posisi kota tersebut sebagai pusat utama aktivitas masyarakat.
Setelah Republik Turki berdiri pada 1923, pemerintah mulai menegaskan identitas nasional baru. Pada 1930, penggunaan nama Istanbul secara resmi ditetapkan untuk pemakaian internasional.
Perubahan nama ini bukan sekadar administratif. Istanbul menjadi simbol transisi dari kota kekaisaran menuju kota modern dalam negara republik yang berdaulat.
Hingga kini, Istanbul tetap memegang peran penting secara sosial, ekonomi, dan budaya, sekaligus menjadi saksi hidup perjalanan panjang peradaban dunia.












