JAKARTA, Cobisnis.com – Rest Area Cibubur mempunyai fasilitas pengolahan limbah organik yang menggunakan teknologi Bio-Conversion yakni memanfaatkan Lalat Tentara Hitam/Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens.
Rest area yang berada di jalan tol Jagorawi KM 10 ini menjadi satu-satunya rest area di Indonesia saat ini yang mempunyai fasilitas pengolahan limbah organik.
Fasilitan pengolahan limbah organik dengan teknologi Bio-Conversion yang memanfaatkan Lalat Tentara Hitam (BSF) ini dirancang untuk menampung sekaligus mengatasi limbah organik di Rest Area Cibubur agar dapat bersih dalam sehari.
Rest Area Cibubur dikelola oleh PT Bimaruna Marga Jaya yang merupakan bagian usaha dari Korindo Group. Kehadiran stakeholder menjadi momentum penting untuk memperkenalkan pendekatan teknologi Bio-Conversion BSF yang diharapkan dapat diadopsi guna mengatasi masalah pengelolaan sampah di rest area atau pun tempat-tempat lainnya.
“Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab para pengelola rest area jalan tol, sudah sepantasnya untuk memiliki fasiltas seperti ini. Jangan lagi memindahkan masalah sampah organik ke tempat lain. Jika dapat diselesaikan di tempat mengapa harus dibawa-bawa sampai ke hilir,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis, Kamis (2/2/2023).
Basuki seraya menambahkan bahwa pihaknya menyampaikan penghargaan kepada Korindo Group dan Forest fo Life Indonesia yang telah mempelopori pembangunan fasilitas ini, dan berharap agar nantinya semakin banyak pihak yang mengikuti langkah Korindo Group dan FFLI dalam membangun fasilitas-fasilitas inovatif di rest area maupun tempat-tempat umum lainnya.
Fasilitas pengolahan limbah organik dengan teknologi Bio-Conversion yang dibangun atas kerja sama Yayasan Korindo dengan Yayasan FFLI ini berkapasitas sampai dengan 1 ton sampah organik setiap hari.
Rest Area Cibubur dipilih sebagai lokasi pembangunan fasilitas Bio-Conversion BSF karena merupakan salah satu sumber limbah organik yang perlu diselesaikan permasalahannya langsung di tempat. Cara yang sama juga dapat diterapkan di lokasi sumber-sumber limbah organik lainnya, seperti pasar tradisional, kawasan industri, perkantoran, dan perumahan.
“Selain bermanfaat bagi lingkungan, fasilitas ini diharapkan bisa menciptakan peluang ekonomi baru. Hal ini dikarenakan, Yayasan Korindo akan mengembalikan keuntungan yang muncul dari proyek ini untuk program-program pengembangan masyarakat dan lingkungan,” ungkap Ketua Yayasan Korindo, Robert Seung.
Seung berharap Bio-Conversion BSF di Rest Area Cibubur mampu mendulang sukses sebagaimana Bio-Conversion BSF dengan kapasitas 4 ton perhari di Lombok yang telah dibangun melalui dukungan dana dari Yayasan Korindo pada tahun 2017 lalu. Pada proyek ini FFLI menjalin Kerjasama dengan Pemda Provinsi NTB memantau pengoperasiannya sampai saat ini. Maka tak heran jika proyek ini dijadikan salah satu prototype penanganan sampah di Lombok.
“Fasilitas-fasilitas ini tentunya tidak bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya kolaborasi dari FFLI serta dukungan dari pemerintah setempat. Oleh karena itu, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kerja sama yang baik dari semua pihak yang terlibat,” demikian Seung.