SOLO, Cobisnis.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, menggelar International Mask Festival (IMF) 2021 secara daring dan luring pada 11-12 Juni 2021.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani, dalam keterangannya, (19/6/2021) mengatakan Kota Solo dipilih sebagai lokasi pelaksanaan IMF 2021 karena memiliki potensi wisata budaya dan UMKM yang sangat besar.
Menurutnya, dalam rangka mendukung kebangkitan industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Solo selama masa pandemi, seluruh stakeholders harus bekerja sama dalam menerapkan strategi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
“Untuk ini kami sangat mendukung penyelenggaraan International Mask Festival (IMF) 2021 sebagai bentuk seni pertunjukan yang menampilkan kekayaan kesenian topeng di Indonesia. Dengan melibatkan seniman topeng dari Indonesia serta mancanegara dalam panggung yang spektakuler dengan semangat menggali kekuatan bersama dalam kebhinekaan,” kata Rizki.
Sebagai strategi inovasi, lanjut Rizki, pelaksanaan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital, baik dalam mengembangkan produk dan jasa pariwisata maupun untuk mendukung promosinya. Tujuannya agar event ini bisa menjangkau penonton dengan cakupan lebih luas.
“Kami sangat mengapresiasi semangat para seniman, komunitas, dan pemerintah daerah khususnya di Kota Solo yang terus berupaya menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Namun kita harus tetap optimis. Kita tidak boleh hanya surviving, tapi juga harus reviving dan thriving,” katanya.
Sementara itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengakui pandemi COVID-19 telah mengubah seluruh tatanan kehidupan yang memaksa masyarakat harus mampu beradaptasi dengan keadaan. Dan hal ini telah menginspirasi para seniman untuk tetap berkarya sambil menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi ini.
Menurutnya, pertunjukan seni secara daring ini merupakan salah satu bentuk inovasi agar karya seni tetap dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
“Untuk memberikan hiburan kepada masyarakat, pertunjukan ini dilakukan dengan cara hybird. Yaitu ada yang hadir langsung di lokasi pertujukan namun dibatasi dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan ada juga melalui virtual,” kata Gibran.
Selain itu, Gibran mengungkapkan pihaknya sedang terus mendorong program vaksinasi bagi para pelaku wisata dan ekonomi kreatif, terutama yang bergerak di bidang seni pertunjukan agar segera terwujud herd immunity.
“Kami juga akan terus berjuang dalam membangkitkan seni budaya, salah satunya melalui program vaksinasi kepada seniman. Jika para pelaku seni sudah sehat diharapkan dapat terus berkarya, masyarakat dapat terhibur, dan menikmati karya seni yang disuguhkan,” ujar Gibran.
Chief Executive IMF 2021, Mimi Zulaikha, menjelaskan, penonton dapat menyaksikan pertunjukan yang disuguhkan dalam festival ini secara terbatas di Ndalem Purwohamijayan, Solo. Sementara, bagi penonton daring dapat menyaksikan pertunjukan yang disuguhkan lewat channel Youtube SIPA Festival.
Selain itu, lanjut Mimi, panitia juga menggandeng pelaku UMKM yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Hal ini untuk mempromosikan karya terbaiknya melalui penjualan barang seni sekaligus mempromosikan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dimiliki Kota Solo.
“Kami berharap IMF 2021 ini menjadi pionir pecinta topeng Indonesia melalui peluncuran Indonesia Mask Organization dan ini dapat diakses melalui www.indonesiamask.org,” tutur Mimi.
“Sedangkan untuk mengandeng kaum milenial kami juga mengunakan kanalan teknologi saat ini seperti Tik Tok dengan mengadakan kompetisi serta kuis dan live chat untuk menciptakan komunikasi dua arah,” pungkasnya.