Cobisnis.com – SCG mengumumkan Laporan Operasional tahun 2019 dan juga strategi bisnisnya dalam mentransformasi kekuatan internal guna mengatasi disrupsi faktor-faktor eksternal pada tahun 2020.
Strategi tersebut meliputi pengembangan sumber daya manusia guna menghasilkan pergesaran model bisnis yang efektif dari perusahaan manufaktur menjadi perusahaan penyedia solusi dan jasa, memberikan layanan yang terbaik bagi konsumen di seluruh kawasan ASEAN, serta mempertahankan kelanjutan pertumbuhan bisnis.
Presiden dan CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash, mengumumkan Laporan Operasional tahun 2019 yang belum diaudit, dengan penurunan pendapatan penjualan sebesar 8% y-o-y, yang diakibatkan penurunan harga bahan kimia. Secara umum, profit SCG pada tahun 2019 mencapai IDR 14.410 miliar (USD 1.031 juta).
Mengacu pada performa bisnis di area selain Thailand, SCG mencatatkan pendapatan sebesar IDR 81.021 miliar (USD 5.797 juta) yang berkontribusi sebesar 41% dari total pendapatan penjualan. Sementara, per 31 Desember 2019 total aset SCG seluruhnya berjumlah IDR 292.073 miliar (USD 21.073 juta).
SCG di Indonesia
Khusus untuk pasar Tanah Air, pendapatan penjualan SCG Q4/2019 mencapai IDR 5.067 miliar (USD 363 juta) yang menandai peningkatan sebesar 36% y-o-y, didominasi oleh pendapatan dari bisnis kemasan (Fajar Paper). Sedangkan untuk total tahun 2019, pendapatan penjualan Indonesia mencapai IDR 15.863 miliar (USD 1.128 juta).
SCG terus mempertahankan komitmennya dalam hal pembangunan berkelanjutan, yang berfokus pada pengembangan kompetensi generasi muda, salah satunya melalui program Golf Inspiration yang baru saja diadakan di Indonesia.
Pada acara tersebut, SCG berkolaborasi dengan pegolf kelas dunia, Ariya dan Moriya Jutanugarn untuk menginspirasi pada pegolf muda dalam mengembangkan potensinya.
Selain dari prestasinya di bidang golf, kedua pegolf bersaudara ini juga telah menerapkan konsep ekonomi sirkular dalam kehidupannya, penerapan ini juga dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik di masa depan.
SCG juga berkolaborasi dengan para penerima beasiswa program SCG Sharing the Dream tingkat universitas pada tahun 2019 lalu guna menerapkan konsep ekonomi sirkular di Desa Padasuka, Soreang, Kabupaten Bandung, yang mayoritas bermata pencaharian di bidang konveksi.
Akibat proses produksi massal tersebut, Desa Padasuka menghasilkan 22,4 ton limbah tekstil setiap harinya. Oleh karena itu, SCG mengadakan pelatihan produksi dan pemasaran yang memungkinkan limbah tekstil untuk diproduksi kembali menjadi cendera mata dan beragam barang berguna yang bernilai ekonomis dan baik untuk lingkungan.
Mr. Roongrote menyatakan, Fluktuasi yang disebabkan faktor eksternal telah memberikan dampak nyata pada bisnis SCG secara global. Hasilnya, pada tahun 2020, SCG mengembangkan strategi bisnis baru yang bertujuan untuk mengatasi disrupsi sembari
mempertahankan kelanjutan pertumbuhan.
Dengan rencana transformasi bisnis ini, tiga inti bisnis perusahaan akan bergeser dari manufaktur menjadi penyedia solusi dan layanan, yang secara keseluruhan menjawab kebutuhan konsumen yang beragam dan terus berubah seiring zaman.
Transformasi sumber daya manusia juga merupakan salah satu kekuatan utama SCG, dimana perusahaan bervisi untuk terus menguatkan karyawannya dengan keahlian yang menjadikan para karyawan semakin memahami kebutuhan konsumen di berbagai daerah melalui penggunaan teknologi.
Dalam hal investasi, SCG akan terus menghadirkan solusi, produk, dan layanan dari 3 inti bisnisnya guna melayani konsumen dari seluruh kawasan di ASEAN.
Dengan komitmen “Passion for Better” secara khusus SCG memfokuskan strategi bisnisnya di Thailand, Indonesia, dan Vietnam, sebagai pasar dengan potensi yang tinggi dan pertumbuhan yang menjanjikan.