JAKARTA, Cobisnis.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 mencapai 5,05 persen. Meskipun masih menunjukkan pertumbuhan positif, angka ini menandakan perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 5,31 persen.
Perlambatan ini terjadi seiring dengan penurunan laju beberapa sumber pertumbuhan ekonomi nasional. Dilihat dari segi komponen pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang berasal dari konsumsi rumah tangga dan perdagangan internasional mengalami perlambatan.
BPS mencatat bahwa konsumsi rumah tangga, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, tumbuh sebesar 4,82 persen. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,94 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor melambat menjadi 1,32 persen. Perlambatan ini dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia dan penurunan aktivitas perekonomian global.
“Penurunan tren harga komoditas ekspor yang menjadi unggulan Indonesia terus berlanjut pada tahun 2023, seperti harga komoditas CPO dan batu bara,” ucap Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/2/2024).
Sementara itu, jika dilihat dari segi lapangan usaha, sektor-sektor utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi juga mengalami perlambatan. Sektor industri pengolahan, yang berkontribusi sebesar 18,67 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tumbuh lebih lambat dari 4,89 persen menjadi 4,64 persen.
Demikian pula, sektor perdagangan yang berkontribusi sebesar 12,94 persen terhadap PDB mengalami perlambatan dari 5,52 persen menjadi 4,85 persen. Sektor pertanian, dengan kontribusi 12,94 persen, hanya tumbuh sebesar 1,3 persen.
“Produksi ekonomi tahun 2023 didorong oleh industri manufaktur, perdagangan, dan transportasi, dengan perlambatan sedikit dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Amalia.
Meskipun mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen tetap merupakan prestasi yang signifikan. Terutama mengingat kondisi perekonomian global yang mengalami perlambatan, disertai dengan pelemahan aktivitas perdagangan dunia.
“Dalam konteks perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas unggulan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di angka 5,05 persen,” tambah Amalia.