JAKARTA, Cobisnis.com – Kebutuhan distribusi logistik dan alat transportasi seperti mobil, motor, alat berat, dan suku cadang kendaraan yang stabil tinggi, cenderung meningkat setiap tahun. Kecenderungan ini berlaku dalam situasi apapun, baik saat ekonomi sedang krisis maupun sedang berkembang pesat.
Hal ini merupakan poin pertama yang menjadi alasan saham IPCC Terminal Kendaraan layak diburu para investor.
“Karena semua transportasi perdagangan industri otomotif, baik itu untuk tujuan ekspor, impor, dan domestik antar pulau-pulau di Indonesia, pasti melewati terminal IPCC dalam pengirimannya. Sehingga membeli saham IPCC dapat memberikan nilai tambah karena bisnis logistik dan transportasi terus tumbuh,” kata Direktur Utama IPCC, Rio TN Lasse, di Jakarta (20/8).
Menurut Rio TN Lasse, pada saat pandemi memang terjadi penurunan aktivitas bongkar muat, karena hampir semua sektor industri dan kegiatan manusia secara global menurun. Tetapi, tidak ada penurunan kebutuhan produk otomotif secara global. Hanya ada delay saja. Sehingga, begitu pandemi sudah lebih longgar, laju pengiriman produk otomotif langsung kembali melonjak naik.
“Tahun 2021 kami sudah rebound. Pendapatan sudah kembali naik lebih dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Jadi praktis pendapatan menurun hanya pada 2020. Setelah itu sudah kembali naik. Sehingga jika kita sandingkan dengan pergerakan harga saham IPCC maka bisa dibilang, pergerakan saham IPCC juga mampu kembali membaik,” ujar Rio TN Lasse.
Poin alasan kedua, IPCC merupakan satu-satunya perusahaan operator terminal kendaraan di Indonesia. Pesaing ada, namun kapasitasnya masih sangat kecil. Sehingga sebagai anak perusahaan plat merah dengan status world class dedicated car terminal operator di Indonesia, IPCC memiliki jaminan kestabilan pasar dan pendapatan.
“Hal ini didukung sejak Oktober 2021. Pelindo 1, 2, 3 dan 4 telah merger menjadi satu holding company yaitu PELINDO. Sehingga status IPCC pun meningkat dari semula hanya melayani Jakarta dan sekitarnya saja, kini menjadi nasional. Dulu terminal utama kami hanya di Tanjung Priok. Kini juga mengelola terminal kendaraan di pelabuhan Belawan Medan, Panjang Lampung, Pontianak dan Makassar, dan sedang dijajaki dengan area lainnya. Ini membuka peluang usaha yang lebih besar yang tentunya juga memberikan potensi pendapatan perseroan yang juga besar,” ujar Direktur Keuangan IPCC Terminal Kendaraan, Soemarno.
Point alasan ketiga, perkembangan makroekonomi Indonesia yang kian positif dan dibarengi dengan semakin berkurangnya dampak pandemi Covid-19. Didukung makroekonomi global yang juga terus membaik, menurut Rio TN Lasse, juga bisa menjadi pertimbangan bagi para investor dan para pemain bursa saham untuk mengoleksi saham perusahaan berkode IPCC ini. Karena kondisi makroekonomi itu akan mendorong pertumbuhan industri otomotif, manufaktur, dan komoditas pertambangan dan perkebunan. Maka sebagai bagian dari jasa layanan industri, pertumbuhan pesat itu juga akan berimbas positif pada jasa layanan bongkar muat kendaraan.
“Harga per saham IPCC juga masih rasional, sehingga menjanjikan peluang keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan saham-saham yang sudah mapan. Kami baru empat tahun listing di bursa saham, masih banyak yang belum tahu potensi kami yang besar,” tambah Soemarno.
Direktur Utama IPCC Rio TN Lasse menerangkan tiga strategi bisnis dari IPCC Terminal Kendaraan pada era pertumbuhan paska pandemi saat ini. Yaitu dengan melakukan integrasi, ekspansi, dan digitalisasi.
“Untuk digitalisasi, pada industri logistik saat ini sangat penting. Karena customer menuntut layanan yang serba otomatis, serba cepat, mudah dan visible. Saat ini IPCC sedang mempercepat implementasi digitalisasi pada kegiatan operasional, customer relationship, finance dan digital office; berikutnya nanti implementasi IT network di seluruh wilayah kerja sesuai masterplan; dan penjajakan implementasi Analytics, Big Data & Business Intelligence untuk mendukung ekosistem bisnis logistik di masa depan,” ujar Rio TN Lasse.
Strategi ini menunjukkan visi IPCC ke depan yang bisa menjadi point alasan keempat.
Poin alasan kelima, kinerja operasional dan keuangan IPCC yang cemerlang. Hampir semua pabrikan otomotif di Indonesia saat ini memercayakan pengurusan ekspor dan impor produknya melalui IPCC Terminal Kendaraan. Seperti Honda, Hyundai, Toyota, Isuzu, Suzuki, Ford, Mitzubishi, Wuling dan lain-lain. Belum lagi sejumlah merek Truck dan Alat Berat yang mempercayai penanganan bongkar muat kepada IPCC. Antara 50.000-60.000 mobil CBU dan alat berat dilayani pengurusan ekspor dan impornya melalui terminal IPCC Tanjung Priok setiap bulan. Selain itu juga berbagai jenis motor, alat berat, alat pertanian dan pertambangan, alutsista dan suku cadang. Sedang laporan kinerja keuangan untuk semester pertama 2022, mencatatkan pendapatan sebesar Rp 302,34 miliar atau meningkat 29,6% dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 233,28 miliar. Membukukan laba periode berjalan semester pertama 2022 sebesar Rp 45,42 miliar atau melonjak 206,19 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 14,83 persen.