JAKARTA, Cobisnis.com – Industri ritel modern mengalami kelesuan pada kuartal II-2023. Dari catatan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pertumbuhan sektor ritel di kuartal II sebesar 1,2%. Angka ini menurun dbanding kuartal sebelumnya yang tembus 2,6%.
Industri ritel merujuk pada sektor ekonomi yang berfokus pada penjualan produk atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir. Industri ritel melibatkan berbagai jenis bisnis dan format penjualan, termasuk toko fisik, pasar swalayan, pusat perbelanjaan, minimarket, supermarket, dan lainnya.
Ada beberapa penyebab mengapa industri ritel mengalami penurunan. Salah satunya pola konsumsi masyarakat yang berubah. Usai pandemi, masyarakat sudah lebih bebas memilih barang, hingga ia pun lebih banyak pilihan saat memilih tempat untuk membeli.
Beberapa toko retail yang masih laku adalah retail fashion khusus untuk wanita karena para kaum hawa bisa melihat dan mencoba barang dengan langsung. Ini berbeda dengan toko online yang kadang apa yang dilihat di katalog tidak sesuai dengan kenyataan.
Penyebab kelesuan ritel lainnya karena tingkat konsumsi masyarakat Indonesia belum pulih karena melambatnya ekonomi. Memang pertumbuhan ekonomi sudah mencapai 5%, tapi yang tumbuh adalah golongan menengah atas.
Kemungkinan lain penyebab lesunya ritel adalah karena saat ini pengeluaran masyarakat fokus pada sekolah. Sebab, bulan Juni-Juli adalah masa masuk sekolah atau tahun ajaran baru. Dengan begitu, dana yang dimiliki lebih banyak dihabiskan untuk membiayai uang masuk sekolah, perlengkapan sekolah, dan lain-lain.