JAKARTA, Cobisnis.com – Pembukaan sebuah toko furnitur menjadi acara terbesar di Selandia Baru pada Kamis, ketika IKEA resmi membuka gerai pertamanya di Auckland. Para pembeli antusias menghitung mundur “3…2…1” sambil melambaikan bendera Swedia saat pintu dibuka, disambut tepuk tangan meriah dan kerumunan yang langsung memadati toko terbaru raksasa furnitur tersebut.
Pembukaan ini sangat dinantikan karena akhirnya memberi akses bagi warga Selandia Baru untuk mendapatkan furnitur khas Skandinavia seperti rak buku BILLY dan rangka tempat tidur MALM. Perdana Menteri Christopher Luxon memotong pita dan menyebut kehadiran IKEA sebagai kemenangan bagi negara yang tengah menghadapi krisis biaya hidup. “Ini sudah lama dinantikan,” ujarnya. “Ini menunjukkan investasi asing yang baik dan juga penciptaan lapangan kerja yang besar.”
IKEA pertama kali dibuka di Swedia pada 1958 dan kini hadir di lebih dari 60 pasar dengan penjualan mencapai 44,6 miliar euro pada tahun finansial 2025. Gaya furnitur khasnya sangat populer di kamar asrama hingga rumah-rumah di seluruh dunia, dan merakit produk IKEA telah menjadi tradisi bagi para penghuni baru.
Selandia Baru menjadi salah satu negara maju terakhir yang mendapatkan IKEA, sekitar 50 tahun setelah toko pertama dibuka di Australia. Gerai Auckland ini pertama kali diumumkan pada 2019. Sekitar 800 orang telah mengantre sejak pagi, dengan sebagian datang sejak pukul 4:30 pagi, menurut Radio New Zealand.
Seorang pelanggan bernama Bernie bahkan berkendara lebih dari dua setengah jam dari Papamoa, dekat Tauranga. Menjelang pembukaan, IKEA merilis laporan Life at Home pertama di Selandia Baru, yang mengungkap kebiasaan unik di lebih dari 500 rumah Kiwi seperti 93% garasi yang berkarpet dan 88% area pintu masuk rumah yang penuh barang.
Mirja Viinanen, CEO & Chief Sustainability Officer IKEA Australia dan Selandia Baru, mengatakan pembukaan ini merupakan bagian dari ekspansi IKEA di kawasan Asia-Pasifik. Selain megastore berukuran raksasa, perusahaan juga berencana membuka toko berformat kecil agar lebih mudah dijangkau oleh pelanggan di wilayah berpenduduk jarang.
Pengunjung juga dapat menikmati hidangan khas Swedia di kafe IKEA, termasuk bakso yang menjadi ikon. Luxon sendiri mencicipinya dan memberikan persetujuan. Namun ketika ditanya apakah IKEA seharusnya memakai daging sapi lokal Selandia Baru, ia menolak berkomentar. “Itu keputusan IKEA,” ujarnya.














