JAKARTA, Cobisnis.com – PT Hutama Karya atau HK meraih kontrak prestisius untuk pembangunan Jembatan Pulau Kalimantan–Pulau Laut di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
Proyek raksasa ini akan menjadi penghubung vital menggantikan layanan ferry yang selama ini terbatas.
Penandatanganan kontrak telah dilakukan pada Jumat, 20 Juni lalu, antara Executive Vice President (EVP) Divisi Sipil Umum Hutama Karya Rizky Agung Saputra dengan Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Selatan Yasin Toyib.
Pemerintah daerah (Pemda) setempat pun menyambut positif proyek ini. Sementara mengutip laporan Ombudsman RI jembatan ini dinyatakan sebagai prioritas infrastruktur daerah, bagian dari program konektivitas gerbang logistik Kalimantan Selatan dan mendukung pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) serta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batulicin.
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Adjib Al Hakim menjelaskan, proyek ini adalah bagian integral dari upaya pemerintah mewujudkan Astacita poin 3, yakni memperkuat infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di luar Jawa dan mengintegrasikan Kawasan Indonesia Tengah ke dalam jaringan transportasi nasional.
“Kehadiran jembatan ini diharapkan dapat mempercepat konektivitas wilayah dan meningkatkan daya saing logistik nasional. Jembatan ini akan menjadi penghubung vital yang memangkas waktu tempuh dari Batulicin ke Kotabaru dari 2-3 jam via ferry menjadi hanya 10-15 menit,” ujar Adjib, Jumat, 11 Juli.
Artinya, mobilitas masyarakat akan jauh meningkat dan aktivitas ekonomi di kedua pulau, yaitu Pulau Kalimantan dan Pulau Laut akan bergerak lebih cepat.
Jembatan ini akan secara langsung menghubungkan Dermaga Batulicin (Pulau Kalimantan) dan Dermaga Tanjung Serdang (Pulau Laut), menawarkan akses transportasi 24 jam yang selama ini menjadi kendala.
Menurut Adjib, dimulainya proyek ini semakin memperkuat portofolio Hutama Karya dalam menangani proyek jembatan besar, seperti Jembatan Pulau Balang di IKN dan Suramadu (Jawa Timur).
“Pembangunan jembatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat kedua pulau, bukan hanya akses transportasi, tetapi juga pertumbuhan ekonomi lokal di sektor logistik, ritel dan pariwasata,” ucapnya.
Pembangunan jembatan ini bukan tanpa tantangan. Lokasinya yang berada di atas perairan selat dengan arus cukup deras menuntut kompleksitas teknis tinggi.
Namun, Hutama Karya siap dengan solusi inovatif berupa Fondasi Dalam (Bore Pile) berdiameter 1,5 meter dan struktur beton berkualitas tinggi digunakan untuk menahan beban ekstrem dari gelombang, angin dan bahkan gempa bumi, demi ketangguhan jembatan.
Kemudian, strategi konstruksi laut dengan mengerahkan sejumlah kapal kerja khusus untuk mempercepat pekerjaan di atas laut.
Perusahaan juga akan menggandeng subkontraktor berpengalaman dalam menangani jembatan laut dan melakukan penyesuaian desain komponen sulit.
“Selain jembatan utama, Hutama Karya juga akan membangun fasilitas pendukung, seperti kantor proyek, area penyimpanan material dan jalan akses untuk memperlancar proses konstruksi,” kata Adjib.
Kehadiran jembatan ini diproyeksikan membawa dampak positif bagi perekonomian kedua pulau.
Sektor pertambangan batubara dan material tanah yang merupakan potensi utama wilayah, akan mendapatkan kemudahan akses logistik luar biasa.
Perdagangan antar pulau akan berkembang seiring akses transportasi cepat, murah dan tersedia 24 jam sekaligus mendorong pertumbuhan perdagangan antar pulau.
Proyek ini juga akan menyerap ratusan tenaga kerja lokal, memberdayakan masyarakat melalui program Community Partnership Program (CPP).
Selain itu, Hutama Karya juga berkomitmen menyediakan program pelatihan on-site dan sertifikasi kompetensi bekerjasama dengan BPSDM Kementerian PU untuk operator alat berat, rigging dan keselamatan kerja.














