JAKARTA, Cobisnis.com – Kepemimpinan seringkali diartikan sebagai aktivitas manusia yang tergenderisasi, karena terdapat gaya kepemimpinan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dimensi kesetaraan gender sangat dibutuhkan guna memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai interaksi personal, kepemimpinan dan kemanusiaan terutama dalam ruang lingkup pekerjaan.
Memahami hal tersebut, Glints, platform pengembangan karier dan rekrutmen terbesar di Asia Tenggara, menghadirkan kampanye “GEC Spirit of Kartini” yang diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan positif untuk mewujudkan semangat Kartini dengan memberikan kesempatan belajar untuk siapa saja bersama Glints ExpertClass.
Vinsensius Lyman selaku Growth Lead of Glints menjelaskan, dengan adanya penerapan kesetaraan gender di lingkungan kerja dapat memaksimalkan produktivitas serta inovasi bagi karyawan yang dapat mendorong kesuksesan bisnis.
“Bersama Glints ExpertClass pada kampanye “GEC Spirit of Kartini” , kami tidak hanya memperingati momentum Hari Kartini, tetapi juga melanjutkan upaya R.A Kartini untuk mewujudkan kesempatan yang sama rata bagi semua orang, karena kami percaya bahwa siapapun berhak mendapatkan akses yang lebih mudah untuk belajar guna meningkatkan kemampuan diri,” jelas Vinsen.
Rangkaian kegiatan yang dapat diikuti pada kampanye “GEC Spirit of Kartini” yaitu: Special Classes with women leaders, Glints ExpertClass Kartini’s promo 70% untuk seluruh kelas live webinar dan Glints ExpertClass give away social media competition
Acara puncak yang dihadirkan pada kampanye ini yaitu seminar online bertema “To Equality & Beyond : Does Gender Really Matter in Leadership?” yang membawa kita pada sebuah diskusi menarik, menggabungkan sudut pandang perempuan dan laki-laki dengan isu gender dalam kepemimpinan bisnis.
Hadir sebagai pembicara pada seminar online “To Equality & Beyond : Does Gender Really Matter in Leadership?”, Maya Juwita selaku Eksekutif Direktur Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) mengungkapkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat yang memiliki pemimpin perempuan terbanyak di dunia dengan persentase sebanyak 37 persen namun sayangnya hampir 90 persen laki-laki dan perempuan memiliki semacam bias terhadap perempuan (The Gender Social Norms Index, UNDP, 2020).
“Secara alamiah perempuan memiliki power dengan ciri yang berbeda dengan laki-laki sehingga kontribusinya dapat memberikan nilai tambah bagi tempat mereka bekerja. Konsep empowerment yang dibutuhkan sebenarnya bukanlah untuk diberi kekuatan melainkan untuk diberi kesempatan, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika laki-laki berpikir lebih seperti perempuan.” ungkap Maya.
Senada dengan hal tersebut, Aria Widyanto selaku Chief Risk & Sustainability Officer of Amartha juga menjelaskan pada saat seminar berlangsung bahwa peran laki-laki juga diperlukan guna mendukung kontribusi perempuan di lingkungan kerja.
”Berbagai macam definisi dan perdebatan tentang kesetaraan gender. Namun ada satu elemen fundamental dalam menciptakan masyarakat yang adil yaitu melalui peningkatan kemampuan perempuan, dan laki-laki berkontribusi signifikan terhadap pencapaiannya,” jelas Aria.
Terkait dengan bagaimana perempuan dapat meningkatkan kesetaraan gender di tempat kerja nyatanya memang harus dimulai dari diri sendiri dan akan lebih baik jika kita saling memberikan dukungan antar sesama perempuan.
Dipertegas oleh Hilda Kosasih selaku Partnership Lead of Indonesia Women League pada kesempatan seminar online tersebut bahwa,”Women should support other women! “Ada banyak perempuan di sekitar kita yang mungkin saja ragu dengan potensi diri, padahal mereka memiliki ambisi yang kuat untuk maju. Yang sebenarnya mereka butuhkan adalah support langsung dari kita dengan cara selalu ada, mendengarkan ide, hargai kekuatan mereka, dan perkuat suara mereka. Akan ada dampak luar biasa dari beberapa kata penyemangat bagi orang lain” jelas Hilda.
Laporan World Economic Forum (WEF) 2020 menunjukkan skor Kesenjangan Gender Global (berdasarkan jumlah penduduk) berada pada posisi 68,6 persen. Artinya, masih ada 31,4 persen kesenjangan yang menjadi pekerjaan rumah bersama masyarakat global.
Sedangkan di Indonesia, menurut WEF berada pada peringkat 85 dalam urusan gender gap. Sementara menurut data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pemberdayaan Gender dengan alat ukur menempatkan perempuan sebagai tenaga profesional di Indonesia pada tahun 2019 masih berada pada kisaran antara 35 persen hingga 55 persen.
Glints ExpertClass adalah program pembelajaran non-formal yang memfasilitasi para profesional muda untuk mengembangkan keahlian mereka untuk memenuhi kebutuhan industri dan mewujudkan potensi mereka.
Kami menawarkan berbagai kelas interaktif dan dinamis, mulai dari pemasaran, SDM, teknologi, hingga pengembangan pribadi. Peserta akan mempelajari pengetahuan praktis dan studi kasus langsung dari berbagai pakar industri.
“Melalui berbagai program dari Glints ExpertClass, kami berkomitmen untuk mendukung potensi yang ada pada setiap orang mulai dari tahapan beginner hingga professional sehingga dapat bersaing secara kompetitif di dunia kerja,” pungkas Vinsen.