JAKARTA, COBISNIS.COM – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan bahwa kenaikan inflasi tahunan di Amerika Serikat (AS) berpotensi memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyampaikan bahwa inflasi AS bisa mempengaruhi keputusan bank sentral AS terkait pemangkasan suku bunga acuan.
Jeffrey menjelaskan bahwa jika suku bunga mengalami penurunan, hal ini akan berdampak positif pada pasar modal. Namun, jika penurunan suku bunga terhenti, pasar akan menghitung ulang kondisi tersebut, terutama dengan adanya ketegangan geopolitik yang turut memengaruhi situasi pasar.
Dia juga menambahkan bahwa sebelumnya suku bunga The Fed diperkirakan akan mengalami beberapa kali pemangkasan setelah sebelumnya mengalami peningkatan cukup lama sejak pandemi Covid-19. Jeffrey menyebutkan, ekspektasi terhadap penurunan suku bunga sebenarnya sudah muncul sejak tahun lalu, namun ternyata suku bunga tinggi bertahan lebih lama dari yang diperkirakan.
Selain itu, Jeffrey menyoroti bahwa kondisi geopolitik yang memanas, terutama di wilayah Israel dan negara-negara lainnya, menjadi faktor yang dapat berdampak pada penguatan IHSG. Menurutnya, faktor tersebut akan diperhitungkan dengan matang oleh para investor sebelum mengambil keputusan. Meskipun begitu, ia tetap optimistis bahwa IHSG dapat tumbuh hingga akhir 2024, dengan didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata mencapai di atas 5 persen. Konsumsi domestik yang menyumbang hampir 60 persen dari ekonomi Indonesia dianggap menjadi penopang utama, meskipun terdapat ketidakpastian geopolitik global.
Dengan adanya pertumbuhan konsumsi domestik yang kuat, Jeffrey berharap gangguan dari kondisi geopolitik global dapat diminimalisir. Ia pun meyakini bahwa Indonesia memiliki bantalan yang cukup baik untuk menjaga angka pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengungkapkan bahwa penurunan inflasi AS saat ini sedikit tertahan. Inflasi inti AS justru menunjukkan tren kenaikan, dari 3,2 persen menjadi 3,3 persen secara tahunan, yang dipicu oleh sektor perumahan dan pangan yang menyumbang hingga 75 persen dari total inflasi. Inflasi inti juga masih menunjukkan kekuatan di sektor transportasi, yang menjadi perhatian utama para pelaku pasar dan investor.