JAKARTA, COBISNIS.COM – PT XL Axiata Tbk (EXCL) menyampaikan sejumlah langkah strategis setelah layanan internet rumah First Media resmi menjadi bagian dari XL Axiata sejak 27 September 2024.
Keberhasilan ini merupakan tindak lanjut dari akuisisi Link Net oleh XL Axiata melalui perjanjian pengalihan bisnis B2C yang ditandatangani pada 22 Mei 2024.
Head External Communications PT XL Axiata, Henry Wijayanto, mengonfirmasi bahwa First Media kini telah menjadi bagian dari bisnis XL Axiata dan akan beroperasi dengan merek “First Media powered by XL Axiata.” Henry menyatakan bahwa akuisisi ini menjadikan XL Axiata sebagai penyedia layanan Fixed Broadband (FBB) terbesar kedua di Indonesia.
Dengan integrasi First Media ke dalam XL Axiata, Henry berharap bahwa hal ini akan memperkuat penetrasi pasar dan meningkatkan performa bisnis layanan FBB, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap keseluruhan kinerja XL Axiata.
Salah satu langkah pertama yang dilakukan setelah pengalihan bisnis ini adalah melakukan peningkatan operasional, sambil tetap menjaga kenyamanan pelanggan yang sudah ada. Selain itu, Henry menambahkan bahwa perluasan jangkauan layanan juga merupakan bagian dari rencana jangka panjang mereka, dan akan dilakukan secara bertahap.
Henry menjelaskan bahwa rencana perluasan area dan jangkauan layanan akan diiringi dengan berbagai program pemasaran dan promosi menarik. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman konektivitas digital yang lebih baik bagi pelanggan.
Sampai saat ini, menurut informasi dari situs web First Media, layanan mereka telah tersedia di sembilan provinsi di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Kepulauan Riau, dan Sumatera Utara.
Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pasar internet fixed broadband di Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Pada tahun 2023, jumlah pelanggan fixed broadband mencapai 14,91 juta, dan diprediksi akan naik sebesar 18,52% pada tahun 2024, mencapai 18,30 juta pelanggan.
Meskipun demikian, Henry juga menyoroti tantangan utama yang dihadapi penyedia layanan internet, yaitu persaingan harga yang ketat serta kebutuhan untuk meningkatkan infrastruktur dan kualitas layanan.