Cobisnis.com – Peningkatan tajam jumlah pasien positif Covid-19 terjadi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dampak Covid-19 sendiri turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi akan melambat.
Di Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat anjlok, serta kondisi pasar modal juga dibuat “gelagapan.” Situasi dan kondisi ekonomi saat ini, secara tidak langsung mengingatkan kembali akan krisis keuangan Asia (1997) dan krisis keuangan global (2008).
Banyak perusahaan yang gagal kala itu dikarenakan ketidaksiapan modal yang cukup untuk mengantisipasi penurunan ekonomi yang terjadi.
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi bahan pertimbangan saat menilai kesehatan sebuah perusahaan, seperti kapitalisasi, etika dalam menjalankan bisnis, dan legalitas dari perusahaan itu sendiri.
Berkaca dari krisis global yang terjadi pada 2008-2009 lalu, industri fintech mulai lahir di tengah krisis dimana perpaduan antara praktik finansial di institusi keuangan konvensional berpadu dengan kemajuan teknologi yang menjadi industri krusial dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Pada prosesnya, salah satu fintech yang akan menstimulasi pemulihan tersebut ialah fintech lending yang bergerak melayani pinjaman produktif, seperti pelaku UKM.
Berkembangnya UMKM yang bahkan tidak berkurang pasca krisis ekonomi 1997-1998 dan malah justru bertambah, memberikan harapan bagi pelaku UKM untuk terus aktif di tengah kondisi ekonomi seperti ini. Apalagi, banyak dari UKM tersebut yang telah beralih ke digital.
Bagi pelaku digital UKM, adanya imbauan dari Presiden Jokowi yang menganjurkan untuk bekerja dan beraktivitas di rumah justru membuat lonjakan transaksi secara daring meningkat tajam.
Untuk menjawab kebutuhan modal tambahan akan peningkatan stock ataupun untuk kebutuhan mengatasi krisis pasca Covid-19, fintech dapat membantu memberikan akses finansial yang mudah dan aman untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan.
Menurut penelitian Imam Sugema, Krisis Keuangan Global 2008-2009 dan Implikasinya pada Perekonomian Indonesia, ekonomi Indonesia bisa dikatakan sebagai self sustaining economy karena memiliki potensi pasar domestik yang sangat besar.
Alhasil, sekalipun ekonomi global tengah goyah, Indonesia tetap mampu mengelola permintaan pasar domestik dan menjaga daya beli masyarakat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi di tengah krisis ekonomi global karena keberadaan UKM.
Dasar tersebut semakin menegaskan bahwa peran fintech lending menjadi sangat vital pada situasi seperti sekarang dan fintech seperti KoinWorks akan terus berupaya aktif memberikan layanan dengan ketersediaan akses yang seamless dan contactless.
Mark Bruny selaku Chief Financial Officer (CFO) KoinWorks mengungkapkan, “Fintech seperti KoinWorks akan selalu hadir, siap, dan gesit untuk kelak membantu dunia kembali pulih. Kami akan tetap siap mendampingi pelaku bisnis UKM yang mengalami kesulitan di tengah perubahan ekonomi seperti sekarang dan kami juga akan terus berupaya melindungi pengguna dengan meyakinkan mereka bahwa dana yang ada di KoinWorks tetap aman. Pelayanan konsumen juga akan tetap beroperasi seperti biasa untuk memastikan adanya perlindungan yang kami berikan untuk pengguna.”
Bersamaan itu, KoinWorks bersama fintech lain siap menjadi gerbang terdepan pelayanan keuangan bagi semua pelaku UKM yang usahanya tetap harus berjalan di tengah perubahan perilaku masyarakat yang telah disesuaikan dengan anjuran Pemerintah untuk melakukan social distancing dan work from home.
Tidak seperti krisis keuangan yang pernah terjadi di Indonesia sebelumnya, dimana layanan keuangan kehabisan modal karena adanya kredit macet, KoinWorks menyalurkan pembiayaan langsung dari para pendana dalam upayanya mendukung usaha kecil dan menengah.
Selain itu, tidak sama halnya dengan situasi pasar modal, pengguna diharapkan tidak perlu ragu pada penggunaan layanan keuangan digital, yang terpenting ialah dengan memastikan fintech yang dipilih telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kami ingin menekankan kembali bahwa atas perubahan ekonomi yang terjadi, KoinWorks tetap beroperasi seperti biasa dengan menyelesaikan pendanaan Seri B pada bulan November 2019 merupakan saat yang tepat untuk mendukung UMKM terus berjalan, didukung oleh peran mitra kami yang berasal dari perusahaan investasi dan perbankan terkemuka seperti, Mandiri Capital Indonesia, Gunung Sewu, Convergence Venture, Quona Capital, EV Growth dan Saison Capital,” tambah Mark Bruny.
“Kami juga hanya menyediakan pinjaman produktif bagi UKM Digital dengan kelengkapan informasi yang telah diverifikasi secara digital. Hal tersebut yang akhirnya membantu kami untuk menjaga nilai gagal bayar sekitar 1%, lebih rendah dibandingkan sesama pemain fintech lending,” tutup Mark.