JAKARTA,Cobisnis.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta Bakti BUMN melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan fokus pada tiga sektor utama. Di antaranya pendidikan, lingkungan, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Bagi Erick, Bakti BUMN atau program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BUMN harus memiliki manfaat yang jelas.
Karena itu, Erick mengapresiasi penuh kegiatan Bimbingan Teknis (BIMTEK) dan workshop dampak program tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan metode Social Return on Investment (SROI) Batch 2 yang diselenggarakan PT SUCOFINDO bersama Kementerian BUMN di Surakarta, Jawa Tengah.
“Kegiatan ini menjadikan BUMN semakin profesional, transparan, akuntabel dalam memperkokoh pilar pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan sehingga mewujudkan Indonesia yang maju, makmur dan mendunia,” ujar Erick, Jumat, 14 Oktober.
Kementerian BUMN, lanjut Erick, secara konsisten mendorong dilakukannya transformasi dan perbaikan sistem, termasuk dalam program tanggung jawab sosial dan lingkungan.
“Bakti BUMN harus mampu menjadi terobosan bersama dalam membantu pemerataan dan keseimbangan ekonomi bagi seluruh masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Sementara itu, Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi, Kementerian BUMN, Tedi Bharata mengatakan kegiatan ini selaras dengan arahan Erick dan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/04/2021 yang telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri BUMN No. Per- 06/MBU/09/2022 mengenai pengukuran dampak program tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Kata Tedi, kegiatan pada batch 1 dan batch 2 ini secara total telah diikuti 107 perusahaan BUMN dan anak usaha BUMN dengan lebih dari 240 peserta.
“Pelaksanaan kegiatan Bimtek SROI ini diharapkan memberikan pengetahuan untuk menghitung dampak program,” ucap Tedi.
Tedi menyebut Bimtek SROI mendorong lima transformasi terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan yakni pertama fokus pada dampak, kedua melakukan perbaikan dari governance di Kementerian BUMN maupun di BUMN, ketiga menggunakan teknologi informasi, baik untuk pelaporan kepada Kementerian BUMN maupun prosedur dari kegiatan CSR.
Poin keempat, lanjut Tedi, kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi antar BUMN, yang mana SUCOFINDO memiliki kompetensi dalam memberikan sharing kepada seluruh BUMN. Sedangkan, upaya meningkatkan peran serta karyawan BUMN untuk pelaksanaan kegiatan Bakti BUMN menjadi poin terakhir dalam langkah transformasi Bakti BUMN.
Direktur Utama SUCOFINDO Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menyampaikan metode SROI memiliki keunggulan strategis lantaran melibatkan para pemangku kepentingan dari suatu program yang akan dianalisis untuk mengeksplorasi berbagai dampak yang dirasakan setelah program tersebut berjalan.
Menurut Wigrantoro, SROI berusaha untuk mengurangi ketimpangan dan degradasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan dengan memasukkan biaya sosial, lingkungan serta biaya dan manfaat ekonomi.
“SUCOFINDO telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan BUMN maupun swasta untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan Bakti BUMN dan CSR sejak 2016. Hingga saat ini, untuk lingkungan BUMN, SUCOFINDO telah melakukan perhitungan SROI di 16 titik di wilayah Indonesia untuk program tanggung jawab sosial dan lingkungan BUMN dan anak usaha BUMN,” kata Wigrantoro.