JAKARTA, Cobisnis.com – Era kejayaan influencer dengan jutaan followers diprediksi mulai memudar. Brand besar dilaporkan mulai memutus kontrak endorsement mahal dan mengalihkan anggaran mereka ke Wefluence, sebuah platform yang menampung ribuan kreator biasa.
Berbeda dari strategi tradisional, Wefluence membayar kreator berdasarkan kinerja nyata, misalnya per 1.000 views, bukan sekadar jumlah followers. Model ini dianggap lebih efisien dan memberikan dampak kampanye yang terukur bagi brand.
Laporan analisis media menyebut langkah ini sebagai “kudeta pasar” dalam industri digital marketing. Alih-alih membayar satu selebgram hingga ratusan juta, brand kini mendistribusikan anggaran ke ribuan kreator konten biasa secara kolektif.
Para kreator UGC di Wefluence kini menikmati peluang pendapatan yang sebelumnya hanya dinikmati segelintir selebgram elit. Dengan mendistribusikan konten di akun mereka sendiri, kreator biasa memegang kontrol baru atas arus informasi di media sosial.
Fenomena ini memengaruhi landscape pemasaran digital di Indonesia. Konten iklan kini membanjiri media sosial dari akun rakyat biasa, bukan lagi dari artis atau influencer tradisional. Dampaknya terasa luas, terutama dalam cara brand menjangkau audiens.
Platform ini juga mendorong keterlibatan kreator lokal dan memunculkan ekosistem pemasaran digital yang lebih inklusif. Brand bisa mengukur efektivitas kampanye secara langsung, sementara kreator mendapatkan insentif adil berdasarkan kinerja konten mereka.
Wefluence dianggap meminimalisir risiko investasi yang tinggi pada satu selebgram. Dengan membagi anggaran ke banyak kreator, brand dapat memaksimalkan exposure dan engagement dengan biaya lebih efisien.
Pergeseran ini menjadi bukti nyata bagaimana teknologi dan model bisnis baru mengubah industri kreator. Influencer tradisional kini harus bersaing dengan ribuan kreator UGC yang menawarkan fleksibilitas, kreativitas, dan jangkauan yang sama luasnya.
Bagi industri marketing, transformasi ini menjadi momentum untuk mengevaluasi strategi. Efektivitas kampanye kini diukur dari hasil nyata, bukan popularitas semata. Brand semakin fokus pada ROI dan dampak digital jangka panjang.
Fenomena Wefluence menandai era baru di dunia digital marketing Indonesia. Platform ini menggeser dominasi influencer elit, membuka peluang bagi kreator biasa, dan membentuk ekosistem konten yang lebih demokratis dan berkelanjutan.














