JAKARTA, Cobisnis.com – Perdebatan mengenai kemungkinan dunia hidup tanpa uang kembali mencuat. Uang selama ini berfungsi sebagai alat tukar, penyimpan nilai, dan pengukur harga. Jika dihapus, sistem ekonomi dan kehidupan sosial akan mengalami perubahan drastis.
Skenario pertama yang mungkin terjadi adalah kembalinya sistem barter. Masyarakat akan menukar barang dengan barang atau jasa dengan jasa. Namun, barter menghadapi hambatan klasik, yaitu sulit menemukan kecocokan kebutuhan antara dua pihak yang bertransaksi.
Contohnya, seorang petani memiliki beras dan ingin menukar dengan obat. Jika apoteker tidak membutuhkan beras, maka transaksi gagal terjadi. Ketidakseimbangan ini membuat pertukaran ekonomi menjadi tidak efisien dalam skala besar.
Selain itu, tanpa uang, penentuan nilai dan harga akan menjadi kabur. Sulit membandingkan secara adil berapa “nilai” sebuah mobil terhadap seekor kambing atau berapa banyak karung gandum sepadan dengan layanan pendidikan.
Dalam komunitas kecil atau pedesaan, hidup tanpa uang mungkin masih dapat dijalankan. Sistem gotong royong, pertukaran hasil bumi, atau tukar tenaga bisa menjadi pengganti perputaran uang. Namun, dalam ekonomi global modern, skema ini sulit diterapkan.
Rantai pasok internasional membutuhkan sistem pembayaran yang terukur. Perdagangan lintas negara, ekspor-impor, dan investasi tidak bisa berjalan hanya dengan tukar-menukar barang tanpa standar nilai yang jelas.
Jika uang benar-benar hilang, dampak serius juga akan terasa pada inovasi. Perusahaan membutuhkan modal untuk membiayai riset, produksi, dan distribusi. Tanpa sistem keuangan, investasi akan berhenti dan perkembangan teknologi bisa melambat.
Meski begitu, para ahli menilai kemungkinan munculnya alternatif lain. Sistem kredit sosial, poin digital, atau token nilai dapat menggantikan uang dalam beberapa aspek. Eksperimen semacam ini bahkan mulai diuji dalam komunitas tertentu.
Namun, dalam skala global, uang masih dianggap instrumen utama. Nilai mata uang berperan menjaga stabilitas pasar, mengukur inflasi, serta menjadi dasar perencanaan ekonomi pemerintah maupun swasta.
Dengan demikian, dunia tanpa uang mungkin bisa eksis dalam lingkup terbatas, namun untuk perekonomian modern yang kompleks, uang tetap menjadi tulang punggung sistem global.














