BANDUNG, Cobisnis.com – Komisi VII DPR RI dipimpin Eddy Soeparno melakukan kunjungan kerja spesifik ke PT Len Industri (Persero) di Bandung, Jawa Barat, belum lama ini. Kunjungan juga dihadiri Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Taufik Bawazier dan Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana.
Program kunjungan dan diskusi interaktif dilakukan untuk melihat secara langsung kinerja dan perkembangan PT Len Industri dan untuk mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi baik di sektor energi maupun sektor perindustrian.
Eddy menjelaskan, “Banyak yang kami serap di sini, khususnya dari aspek kemajuan teknologi yang sudah bisa dilaksanakan oleh PT Len untuk memenuhi berbagai kebutuhan terutama untuk pertahanan, pengembangan solar panel sehingga nanti bisa mengembangkan PLTS lebih banyak lagi dengan kandungan dalam negeri yang lebih tinggi.”
“Termasuk juga nanti PT Len akan berkonsolidasi dengan 5 anak perusahaan, Len akan bertransformasi menjadi holding company. Kami berharap ke depannya, industri pertahanan di Indonesia semakin bisa dikembangkan. PT Len Industri juga diharapkan semakin bisa menjadi pionir peningkatan TKDN produk-produknya,” imbuhnya.
Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII menjelaskan, “Perubahan bisa kita mulai dari kita sendiri, makanya saya tergerak untuk meng-install PLTS Rooftop (LenSOLAR) di rumah saya, dan saya merasa ini adalah kontribusi saya dalam mengurangi emisi karbon. Dampak yang paling signifikan selama ini adalah penghematan biaya listrik. Biaya awal memang mahal, tapi saya ingin tularkan kepada yang lainnya bahwa ini merupakan investasi yang menguntungkan.”
Pengembangan Industri Manufaktur Solar Cell di Indonesia
Menurut Direktur Utama PT Len Industri, Bobby Rasyidin, strategi pengembangan industri manufaktur solar cell yang tepat adalah dengan memperhitungkan kesiapan ekosistem industri di dalam negeri, komponen yang bisa cepat diproduksi, serta cost (produksi) yang kompetitif. Kemudian ditambah kerjasama dengan produsen besar dunia yang sudah proven, sehingga bisa menurunkan harga penjualan panel surya.
Hal tersebut ia utarakan setelah melakukan studi perkembangan industri tenaga surya di negara-negara besar seperti China, Jepang, Jerman dan Amerika.
“Hinga akhir tahun 2020, kapasitas nasional PLTS terpasang masih kurang 200 MWp. Dari jumlah tersebut, PT Len Industri berserta anak perusahaan, PT SEI, telah berkontribusi memasang sistem tenaga surya sebesar 42,6 MWp, atau sekitar 24% dari total terpasang,” jelas Bobby dalam sambutannya.
Pencapaian ini masih sangat jauh dari target 2025 kapasitas PLTS terpasang sebesar 6,5 GWp atau Bauran Energi Primer 23% EBT. Secara nasional, kapasitas produksi modul surya di Indonesia sebesar 560 MWp/tahun dari 12 perusahaan yang terdaftar di APAMSI (Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia), dengan tingkat penyerapan di pasar yang masih sangat rendah.
Kementerian BUMN dalam mendukung perkembangan EBT di Indonesia, antara lain telah pengeluaran SK yang berkaitan langsung dengan Len Industri dan BUMN lain (Pertamina dan PLN) berupa pembentukan tim percepatan pengembangan dan pemanfaatan energi surya, maupun persiapan JV Manufaktur Solar Cell dan JV Developer.
JV BUMN Solar Pertamina-Len kini dalam proses pengembangan industri manufaktur solar cell berkapasitas 660MWp/tahun dengan bahan baku wafer, dimana Komisi VII sangat mengharapkan progres dari JV ini.
Rencana pengembangan pabrik solar cell akan meningkatkan nilai TKDN dan akan menurunkan harga penjualannya, sehingga diharapkan investasi PLTS menjadi kian menarik untuk mendapatkan listrik yang terjangkau bagi masyarakat, industri, maupun komersil.
Holding BUMN Industri Pertahanan Tunggu Keputusan Presiden
Proses holdingisasi sendiri ditargetkan oleh pemegang saham selesai Q3 tahun ini. Holdingisasi sekarang dalam tahap harmonisasi dilanjutkan dengan persetujuan Presiden untuk terbitnya Peraturan Presiden (PP) yang diperkirakan final pada bulan Oktober mendatang.
“Di bidang pertahanan, PT Len Industri fokus dalam pengembangan sistem integrasi alutsista yang dikenal sebagai konsep terintegrasi C5ISR (command, control, communication, computer, intelligence, surveillance, and reconnaissance). Konsep sistem tersebut sangat berpengaruh dalam koordinasi antar matra pertahanan (darat, laut, udara) beserta seluruh komponen tempurnya, yang menjadi kunci kesuksesan sebuah misi,” jelas Bobby.
BUMN ini memiliki produk unggulan seperti sistem informasi intelijen, combat system kapal perang, mission system drone male, radar, radio taktikal, hingga tactical data link yang sudah digelar di puskodal, pesawat dan base-station TNI AU.
Oleh karenanya, PT Len Industri ditugaskan sebagai lead integrator holding BUMN Industri Pertahanan (Indhan) yang terdiri dari Len Industri, Pindad, Dirgantara Indonesia, Dahana, dan PAL Indonesia.