JAKARTA, Cobisnis.com – Turki dikenal sebagai salah satu negara paling ramah terhadap kucing di dunia. Di kota-kota besar seperti Istanbul, kucing tidak dianggap sebagai hewan liar, melainkan bagian dari kehidupan warga. Keberadaan rumah kucing di trotoar, taman, hingga depan toko menjadi pemandangan yang sangat umum.
Rumah-rumah kucing ini dibuat secara sukarela oleh warga, komunitas, hingga pemerintah kota. Bentuknya beragam, dari kotak kayu sederhana sampai rumah bertingkat dengan atap, alas hangat, dan tempat makan. Semua disediakan gratis untuk kucing jalanan yang hidup di ruang publik.
Budaya merawat kucing di Turki tidak lepas dari nilai sosial dan keagamaan yang kuat. Kucing dianggap hewan yang bersih dan patut disayangi. Merawat kucing dipandang sebagai perbuatan baik yang bernilai sosial dan moral di masyarakat.
Berbeda dengan banyak negara lain, kucing di Turki tidak dipelihara oleh satu pemilik. Mereka dianggap sebagai “milik bersama”. Warga toko, pengunjung kafe, hingga pejalan kaki bisa memberi makan tanpa rasa canggung karena sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Pemerintah kota juga ikut berperan aktif. Sejumlah wilayah di Istanbul menyediakan stasiun makanan dan rumah kucing di area publik. Selain itu, kucing yang sakit atau terluka bisa dirawat melalui fasilitas kesehatan hewan milik pemerintah.
Secara hukum, Turki memiliki undang-undang perlindungan hewan yang cukup tegas. Menyakiti atau membunuh hewan jalanan bisa dikenai denda besar hingga ancaman pidana. Aturan ini memperkuat posisi kucing sebagai bagian yang dilindungi dalam kehidupan kota.
Data dari berbagai komunitas pecinta hewan menunjukkan ada ratusan ribu kucing jalanan yang hidup di wilayah Istanbul. Jumlah ini menjadi bukti kuat bahwa kucing telah menjadi bagian dari ekosistem sosial dan urban di sana.
Keberadaan kucing juga memberi dampak pada sektor pariwisata. Banyak wisatawan datang dengan ekspektasi melihat langsung bagaimana kucing bebas berkeliaran di kafe, toko, bahkan di sekitar tempat ibadah tanpa gangguan.
Fenomena ini juga memperkuat citra Istanbul sebagai kota yang ramah makhluk hidup. Interaksi manusia dan hewan berlangsung alami tanpa konflik berarti, menciptakan suasana kota yang hangat dan bersahabat.
Di tengah isu perkotaan seperti kemacetan dan kepadatan penduduk, keberadaan kucing justru menjadi elemen penyeimbang suasana. Banyak warga mengaku kehadiran kucing memberi rasa tenang di tengah rutinitas kota yang padat.
Perhatian terhadap kucing juga menunjukkan tingkat empati sosial masyarakat terhadap makhluk hidup lain. Kebiasaan ini tumbuh bukan karena tren sesaat, tetapi hasil dari nilai budaya yang tumbuh puluhan hingga ratusan tahun.
Fenomena rumah kucing di Turki pada akhirnya bukan hanya soal hewan, tetapi mencerminkan cara masyarakat membangun ruang publik yang lebih inklusif, ramah, dan berbasis kepedulian sosial.














