JAKARTA, Cobisnis.com – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8 persen hingga 10 persen year-on-year (y-o-y) pada sepanjang 2022.
Chief Economist BRI Anton Hendranata mengatakan ekspansi kredit ini sejalan dengan upaya BRI dalam mendorong pemulihan ekonomi, terutama sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Kondisi makro ekonomi yang diprediksi menunjukan perbaikan semakin mendukung upaya BRI dalam mengucurkan permodalan bagi UMKM,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 27 Desember.
Menurut Anton, emiten berkode saham BBRI menilai sektor UMKM terdorong pulih berkat daya beli masyarakat yang membaik sejak tahun ini.
“Kondisi ini membuka peluang bagi BRI untuk meningkatkan penyaluran permodalan pelaku UMKM,” tegasnya.
Dalam penjelasan dia, disebutkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) bakal melesat di kisaran 4,8 persen sampai dengan 5,3 persen y-o-y pada 2022 bila sektor UMKM bangkit dan pandemi COVID-19 tetap terkendali.
“Demand yang meningkat dan konsumen yang semakin konsumtif sangat mendukung pertumbuhan kredit. Apalagi UMKM yang karakteristiknya unik di mana sektornya cepat terdampak bila mobilitas dibatasi, tapi juga cepat rebound saat mobilitas meningkat,” tutur dia.
Anton, yang juga menjabat sebagai Research Director BRI Research Institute mengungkapkan jika proyeksi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseroan pada tahun depan berada di kisaran 5,14 persen hingga 6,84 persen y-o-y.
“Kendati demikian, likuiditas BRI masih punya ruang untuk ekspansi kredit karena rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) masih berada di level 83 persen atau di bawah batas bawah regulator sebesar 92 persen,” katanya.
Adapun, terkait adanya potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, BRI memperkirakan BI-7DRR bakal menanjak menjadi 4,25 persen hingga 4,50 persen atau lebih tinggi dibanding posisi saat ini sebesar 3,50 persen.
“Kami mendukung pelaku UMKM naik kelas semakin masif di masa pandemi ini. BRI dipercaya untuk mengangkat potensi segmen ultra mikro dengan menjadi induk Holding BUMN Ultra Mikro bersama PNM dan Pegadaian,” sambung dia.
Di sisi lain, ekspektasi indeks bisnis UMKM yang melesat dari 88,1 pada kuartal II 2021 menjadi 132,0 pada kuartal III 2021.
“Indeks kepercayaan konsumen yang meningkat menimbulkan aktivitas konsumsi rumah tangga ikut terdorong, sehingga pertumbuhan DPK melambat. Orang sudah mulai berani belanja sehingga PDB bisa tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2021,” tutup Anton.