Cobisnis.com – Merebaknya pandemi global virus Covid-19 berimbas ke berbagai sendi kehidupan, termasuk perekonomian.
Kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global karena Covid-19 ini bahkan berdampak pada potensi penurunan pendapatan perusahaan serta minat investasi. Tren bearish juga menyentuh pasar modal sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Kondisi pasar modal di dalam negeri yang sedang menurun ini dipandang oleh BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) dan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) serta Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) sebagai momentum yang baik untuk membeli saham.
Ketiganya merupakan investor besar pengelola dana publik yang hadir pada kegiatan “Pembukaan Perdagangan BEI oleh Investor Pengelola Dana Publik” pada Senin 16 Maret 2020 pagi di Bursa Efek Indonesia.
Direktur Utama BP Jamsostek Agus Susanto, menyampaikan bahwa kondisi pasar saat ini, digambarkan sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan, padahal semua tergantung perspektif investor bagaimana memanfaatkan kondisi tersebut.
“Kondisi pasar yang sedang lesu saat ini dipengaruhi oleh banyaknya investor yang keluar dari bursa saham nasional, namun kami justru melihat ini sebagai peluang yang baik untuk masuk,” kata Agus.
Momen seperti ini, kata dia, bisa dimanfaatkan untuk membeli barang bagus dengan harga yang murah. “Tentunya dengan tetap memastikan terlebih dahulu kondisi fundamental dari emiten,” dia menambahkan.
BP Jamsostek sebagai salah satu pengelola dana yang berorientasi pada peningkatan manfaat jangka panjang bagi para pesertanya senantiasa berusaha melakukan pengelolaan investasi secara prudent, professional dan governance, yaitu dengan selalu berlandaskan regulasi yang berlaku.
Adapun regulasi yang mengatur pengelolaan investasi BP Jamsostek antara lain PP Nomor 99 Tahun 2013 dan PP Nomor 55 Tahun 2015 serta strategi alokasi aset yang dinamis menyesuaikan perkembangan ekonomi dan pasar modal.
Terhitung bulan Desember 2019, BPJS Ketenagakerjaan mencatatkan dana kelolaan mencapai Rp431,6 triliun. Dana kelolaan tersebut dialokasikan pada instrumen fixed income (Deposito dan Surat Utang ) 71,4%, Saham 19,09%, Reksadana 9,34%, dan sisanya pada investasi langsung (properti dan penyertaan).
Instrumen saham merupakan salah satu instrumen investasi yang bertujuan untuk mendapatkan return yang optimal dalam jangka panjang. Saat ini kepemilikan saham BP Jamsostek mayoritas merupakan saham kategori blue chip pada Index LQ45 dan mayoritas juga merupakan saham-saham BUMN.
Agus Susanto bersama dengan Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri dan Ketua Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Nur Hasan Kurniawan melakukan penekanan bel tanda dimulainya perdagangan bursa dengan didampingi juga oleh Direktur Utama BEI Inarno Djajadi.
Agus menegaskan pihaknya tengah melakukan analisis mendalam untuk menentukan pembelian saham, begitu pula dengan ADPI dan DPLK.
“Kami senantiasa bertukar informasi membahas kondisi pasar modal terkini. Kami perhatikan pergerakan IHSG saat ini yang mengalami koreksi yang dalam, secara valuasi IHSG saat ini diperdagangkan pada level yang cukup jauh di bawah rata-rata kondisi normalnya, maka hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi investor, seperti kami, untuk melakukan akumulasi saham secara selektif, namun dengan tetap mengedepankan aspek kehati-hatian dengan terlebih dahulu memastikan kelayakan fundamental emiten,” papar Agus.
Senada dengan Agus, Suheri dan Nur Hasan Kurniawan juga sepakat untuk masuk ke dalam bursa perdagangan segera. Sebagai pengelola dana publik dengan durasi jangka panjang, baik BP Jamsostek, ADPI dan DPLK yakin bahwa dana yang akan digelontorkan nantinya akan mendapatkan hasil yang menguntungkan bagi para pesertanya. Perlu diketahui, industri dana pensiun (DPPK dan DPLK) saat ini mengelola aset Rp289 triliun per Desember 2019.
“Kondisi saat ini sebetulnya waktu yang sangat tepat untuk masuk di bursa, kami bertiga tidak mau kehilangan momentum untuk masuk ke pasar. Jangan dilihat kondisi pasar sekarang, tapi long time horizon sesuai profil dana kita,” timpal Suheri.
“Kami bertiga optimis fundamental ekonomi indonesia masih baik dan akan semakin membaik. Wacana masuk ke pasar saham ini kita lakukan bukan karena desakan atau intervensi dari manapun, tetapi atas kesadaran sendiri berdasarkan pertimbangan bisnis rasional. Industri Dana Pensiun komit untuk memulihkan pasar finansial Indonesia saat ini,” ujar Nur Hasan Kurniawan.
Dengan demikian, sudah waktunya investor domestik memegang kendali pasar modal dalam negeri. Seluruh investor domestik perlu bahu membahu agar bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Karena belajar dari pengalaman terdahulu, jika IHSG tertekan karena kondisi kejadian luar biasa seperti wabah ini, nantinya pasti akan terjadi pemulihan atau recovery. “Seperti kata pepatah, Badai Pasti Berlalu,” pungkas Inarno.