JAKARTA, Cobisnis.com – Bank BTPN Syariah menyatakan tidak khawatir dan menyambut baik kehadiran Holding BUMN Ultra Mikro yang akan ikut bersaing dalam pembiayaan di segmen ultra mikro. Selama ini ultra mikro sudah menjadi fokus bisnis BTPN Syariah.
“Kalau cuma hanya ada satu pemain di satu segmen itu juga gak bagus kan, artinya monopoli atau tidak jadi kemajuan lebih baik lah. Dengan adanya persaingan pasti kan ada namanya usaha untuk memberikan jasa yang terbaik,” kata Direktur BTPN Syariah Fachmy Ahmad di Jakarta, Sabtu (14/8/2021).
Menurut Fachmy, dengan kehadiran Holding BUMN Ultra Mikro, nantinya nasabah menjadi memiliki lebih banyak opsi untuk mendapatkan pembiayaan dan institusi keuangan juga akan saling berlomba memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah.
“Persaingan di awal pasti agak ketat, tapi lama kelamaan nasabah yang akan menemukan siapa yang paling cocok sama mereka. Jadi biarlah nasabah yang memilih, ini bagus buat nasabah. Mereka jadi punya opsi yang lain dan juga baik buat mereka mencari yang terbaik,” ujar Fachmy.
Untuk menghadapi persaingan ke depan, lanjut Fachmy, perseroan akan seoptimal mungkin memberikan layanan keuangan yang komplit bagi nasabah. Ia menilai, jasa yang paling baik adalah jasa yang lengkap, tidak hanya dari sisi pembiayaan tapi juga memberikan pendampingan bagi nasabah perseroan yang mayoritas merupakan masyarakat pra sejahtera melalui 10.500 Community Officer (CO) yang tersebar di seluruh Indonesia .
“Jadi kalau buat kita, apa yang kita lakukan dengan digitalisasi kita, dengan servis kita, itu semua hal-hal yang uda dalam pipeline kita dan kita sudah perkirakan kompetisi gak akan mungkin gak datang. Masak ada gula semutnya cuma ada satu, pasti semutnya banyak,” kata Fachmy.
Terkait kinerja BTPN Syariah sendiri, perseroan meraup laba bersih pada kuartal II 2021 sebesar Rp770 miliar, naik 89,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp406 miliar. Laba emiten berkode saham BTPS tersebut ditopang oleh pembiayaan yang tumbuh 15 persen menjadi Rp10,05 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp8,74 triliun.
Semenatara itu, kualitas pembiayaan perseroan relatif terjaga di mana rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) di posisi 2,4 persen. Sampai akhir Juni 2021, perseroan juga masih memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang kuat di posisi 52 persen, jauh di atas rata-rata industri.
Total aset perseroan tumbuh 14 persen (yoy) menjadi Rp17,41 triliun dari Rp15,27 triliun. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK)tumbuh 12 persen (yoy) menjadi Rp10,61 triliun dari Rp9,46 triliun.