JAKARTA,Cobisnis.com – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) terus berupaya meningkatkan dana murah (current account saving account/CASA) untuk menekan biaya dana (cost of fund/CoF) semakin rendah. CoF BSI per semester I 2022 sudah turun drastis menyentuh angka 1,57%, lebih rendah dari rerata bank konvensional.
Direktur Finance dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan posisi biaya dana (CoF) BSI saat ini lebih baik dibandingkan rata-rata bank konvensional, seiring dengan terus meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dananya di BSI.
“Dana murah kami terus meningkat secara konsisten dan hal tersebut mendorong membaiknya CoF BSI. Perkembangan ini mudah-mudahan dapat mendukung upaya kami untuk dapat memberikan produk dan layanan yang lebih kompetitif kepada masyarakat,” ungkap Cahyo.
Ade Cahyo Nugroho menjelaskan, perseroan terus meningkatkan dana murah sehingga total CASA BSI pada Juni 2021 mencapai 54,81% dari total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp216,39 triliun. Kemudian komposisi CASA meningkat menjadi 57,91% dari total DPK sebesar Rp233,25 triliun pada Desember 2021, dan kembali meningkat pada Juni 2022 menjadi sebesar 59,43% dari total DPK sebesar Rp244,66 triliun.
Hal itu diamini oleh Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Harris Turiono pada acara Rapat Dengar Pendapat. “Saya terkejut pak, cost of fund BSI 1,57% (per semester 1 2022). Ini di bawah dari rerata industri perbankan. Angka itu jauh di dibandingkan sebelum merger, yakni 2,7% di tahun 2020,” kata Harris dalam RDP Komisi VI DPR, Selasa (20/9).
Menurut Direktur Utama BSI Hery Gunardi, peningkatan dana murah ini ditopang oleh masifnya tabungan dana wadiah. Hingga posisi Juni 2022, tabungan wadiah tumbuh sebesar 23,06% secara tahunan (year on year/yoy), atau meningkat menjadi sebesar Rp39,16 triliun. “Dengan menggencarkan tabungan wadiah menjadi salah satu solusi bagi kami dalam mendorong penurunan biaya dana.”
Dia menambahkan strategi BSI ini berhasil menurunkan tingkat biaya dana. Terbukti, sejak 2021 angka CoF BSI terus menurun. Jika pada posisi Juni 2021 berada di level 2,14%, maka pada posisi Desember 2021 menyusut menjadi 2,03%, dan kembali turun menjadi 1,57% pada Juni 2022. Artinya, cost of fund (CoF) BSI itu sudah turun drastis.
“Kami optimis, insya Allah akan terus berupaya menekan biaya dana dan meningkatkan efisiensi serta dana murah sehingga perseroan mampu meraih net operation margin (NOM) tinggi. Kami juga tengah mempercepat business process layanan mulai dari yang depan, yang tengah, sampai belakang. Tapi ini memang, mohon maaf karena kami (tiga bank syariah milik Himbara) ini baru merger setahun setengah sampai hari ini,” jelasnya.
Selain itu, saat ini BSI juga memiliki economic of scale yang kompetitif dengan basis nasabah mencapai 17 juta. “Tahun ini ada penambahan nasabah rata-rata 150 ribu per bulan, lebih besar dari rata-rata penambahan nasabah 100 ribu per bulan tahun lalu,” jelas Hery.
Hal ini dapat dilihat dari rasio biaya operasional berbanding pendapatan operasional yang terus menurun. Jika pada Juni 2021 posisinya berada di level 80,68%, maka pada Juni 2022 menyusut menjadi 74,50%.
“Dengan berbagai strategi dan upaya yang diterapkan sejauh ini, pada akhirnya BSI mampu memiliki tingkat keuntungan yang baik,” jelas Hery.
Selain mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sangat baik, Hery menjelaskan bahwa BSI juga terus berupaya meningkatkan daya saing dalam hal yield pembiayaan. Tingkat bagi hasil pada Desember 2021 berada di angka 9,57%, bisa diturunkan menjadi 9,19% pada Juni 2022.
“Malah untuk pembiayaan konsumer, pricing yang ditawarkan oleh BSI jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan bank-bank ternama di negeri ini. Ke depan, kami akan terus mengupayakan peningkatan CASA dan menurunkan biaya dana, serta meningkatkan efisiensi,” pungkas Hery.