Cobisnis.com – Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan sudah melakukan sinergi dengan memberikan workshop untuk calon emiten dari perusahaan dan anak usaha BUMN. Workshop tersebut ditujukan bagi perusahaan BUMN yang akan melantai di bursa atau IPO.
“Beberapa sudah melakukan sinergi dengan kami dalam bentuk workshop dengan mereka. Tujuannya menyiapkan proses IPO perusahaan dan anak usaha BUMN. Semoga dalam satu dua tahun kedepan terealisasi seperti kata Menteri BUMN,” ujar Hasan dalam diskusi virtual, Selasa (23 Februari 2021).
Pasar modal Indonesia, kata Hasan Fawzi, sangat membutuhkan perusahaan dan anak usaha BUMN untuk masuk dan memperkuat bursa saham tanah air.
“Kita butuh perusahaan BUMN yang memiliki skala besar dan masa depannya pasti serta bagus juga dalam tata kelola,” katanya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir merencanakan mulai tahun ini akan membawa setidaknya 8 hingga 12 perusahaan pelat merah untuk melantai di pasar modal. Rencana ini akan dilakukan mulai tahun ini hingga 2023 mendatang.
Sementara itu, Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengapresiasi naiknya minat investor ritel Indonesia.
Menurut dia, hal ini merupakan hal yang positif, karena akan mendukung pendalaman dan pertumbuhan pasar modal.
“Semakin banyak investor yang berpartisipasi maka mekanisme pasar akan menjadi lebih efisien dan resilien dari risiko keluarnya dana asing. Namun edukasi investor juga penting. Harus pahami berinvestasi dengan analisa dan tidak hanya sekedar ikut-ikutan saja,” ujar Katarina.
Ia juga membagikan beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan para investor ritel yang baru berinvestasi.
Pertama, Investor harus melakukan perencanaan keuangan yang baik sebelum mulai berinvestasi.
“Rencanakan pengeluaran apa yang kita butuhkan ke depannya dan kapan kita butuhkan dana tersebut, jangan sampai kita menggunakan dana untuk kebutuhan penting jangka pendek sebagai dana investasi di pasar saham,” ujarnya.
Berikutnya harus kenali saham yang hendak dibeli dan lakukan analisa fundamental, jangan membeli saham karena ikut-ikutan atau saran semata.
“Monitor fundamental saham yang kita miliki. Prospek suatu saham dapat berubah sejalan dengan perubahan tren industri atau perubahan internal perusahaan,” jelasnya.
Investor juga dapat memanfaatkan reksadana saham apabila tidak memiliki waktu atau kapabilitas untuk mengelola portfolio sendiri. Itu karena Reksadana dikelola oleh manajer investasi profesional yang selalu mencermati perkembangan terakhir di pasar.