Muhadjir menjelaskan bahwa penurunan angka kemiskinan menunjukkan adanya kelompok miskin yang kini masuk dalam kategori calon kelas menengah. Ia juga menambahkan bahwa kemiskinan ekstrem di Indonesia telah mendekati angka 0 persen, yaitu sekitar 0,8 persen.
Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa warga yang sebelumnya berada dalam kemiskinan ekstrem kini telah mengalami peningkatan status ekonomi.
Dalam kesempatan tersebut, Muhadjir juga menyoroti adanya fenomena penumpukan atau “bottle neck” di kelas calon kelas menengah.
Ia menyatakan bahwa perubahan ini terjadi seiring dengan berkurangnya jumlah kelas menengah sebagaimana yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Muhadjir memaparkan bahwa pengurangan jumlah kelas menengah disebabkan oleh sebagian dari mereka yang turun ke status calon kelas menengah, bukan naik menjadi golongan menengah ke atas.
Akibatnya, masyarakat yang sebelumnya berstatus kelas menengah kini tergolong dalam calon kelas menengah.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2024, jumlah penduduk yang termasuk dalam golongan kelas menengah mencapai 47,85 juta jiwa.
Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2023 yang tercatat sebesar 48,27 juta jiwa. Jumlah kelas menengah terus mengalami penurunan sejak 2019. Pada tahun tersebut, kelas menengah tercatat sebanyak 57,33 juta jiwa (21,45 persen). Pada tahun 2021, jumlahnya turun menjadi 53,83 juta jiwa (19,82 persen), lalu 49,51 juta jiwa (18,06 persen) pada 2022, 48,27 juta jiwa (17,44 persen) pada 2023, dan 47,85 juta jiwa (17,13 persen) pada 2024.