JAKARTA,Cobisnis.com – Pengamat ekonomi dari lembaga kajian Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan jika kondisi surplus APBN yang kini sedang terjadi dalam tiga bulan pertama 2022 tidak akan berlangsung lama.
Pasalnya, faktor penopang penerimaan negara dari sektor komoditas hanya bersifat sementara. Terlebih, struktur APBN tahun ini memang dirancang berada dalam jalur defisit seperti yang tertuang dalam undang-undang.
Rendy pun memperkirakan defisit keuangan negara akan mulai terjadi pada April 2022 seiring dengan beban belanja pemerintah yang cukup besar.
“Kondisi surplus bisa dipengaruhi dari kenaikan penerimaan dan kinerja dari belanja negara. Untuk bulan April ada peluang anggaran akan kembali defisit,” ujarnya Selasa, 26 April.
Menurut Rendy ada beberapa asumsi yang menyebabkan beban belanja menjadi besar. Pertama adalah belanja pegawai yang cenderung meningkat selama Ramadan. Kedua, kewajiban pemerintah untuk memberikan gaji ke-13 kepada ASN di pertengahan tahun nanti sesuai dengan ketetapan yang berlaku selama ini.
“Defisit bisa terjadi seiring dengan belanja negara yang akan lebih besar ditopang realisasi belanja pegawai dan juga penyaluran gaji ke-13,” tuturnya.
Sebagai informasi, pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menetapkan anggaran THR untuk tahun ini adalah sebesar Rp34,3 triliun. Angka ini disebar kepada ASN pusat, TNI dan Polri sebesar Rp10,3 triliun, ASN daerah sebesar Rp15 triliun, dan bagi pensiunan Rp9 triliun.
Sementara itu untuk kondisi APBN hingga Maret 2022 masih mencatatkan sebesar Rp10,3 triliun. Surplus pada bulan lalu terbentuk dari torehan pendapatan negara yang lebih besar dengan Rp501 triliun dibandingkan belanja negara yang sebesar Rp490,6 triliun.