Cobisnis.com – Sekitar 70% dari semua sektor BUMN mengalami penurunan pendapatan di 2020. Secara total, pendapatan BUMN berkurang sampai dengan 90% karena terdampak pandemi Covid-19.
Ekonom Institute for Development or Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, dari semua sektor BUMN khususnya BUMN energi, BUMN karya/konstruksi, serta BUMN sektor kesehatan mengalami penurunan pendapatan.
Menurutnya, dengan mempertahankan biaya operasional tetap rendah sekaligus menarik pinjaman baru itu merupakan solusi mudah terkait utang BUMN.
“Permasalahannya kenaikkan utang untuk menutupi operasional karena pendapatan turun, ini masuk kepada BUMN yang memang sudah bermasalah bahkan sebelum pandemi Covid-19,” katanya secara virtual dalam Market Review IDX Channel di Jakarta, Kamis (4/2/2021).
Dia menegaskan, wajar atau tidaknya kondisi ini dapat dilihat dari kinerja para BUMN ini dari sebelum masa pandemi.
Sebagai contoh, Garuda Indonesia yang sudah mempunyai masalah keuangan yang cukup berat jauh sebelum pandemi, kenaikkan utangnya belum tentu bisa meningkatkan kinerja dan hanya tambal sulam saja.
“Di sinilah tingkat risikonya menjadi lebih tinggi karena kinerja belum tentu membaik tetapi utang terus meningkat sementara kita belum tau pemulihan ekonomi kapan terjadi,” tegasnya.
Perusahaan BUMN dengan performa yang sudah tidak baik dan memiliki utang yang bertambah ini akan berisiko. Di satu sisi, BUMN diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan berkontribusi terhadap dividen kepada pemerintah.
“Dengan adanya situasi seperti ini di mana pendapatan menurun, perusahaan BUMNnya terlilit utang, maka ini akan menjadi beban untuk banyak pihak,” tandasnya.