JAKARTA, Cobisnis.com – Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) merilis ribuan dokumen terkait pelaku kejahatan seksual dan tersangka perdagangan seks Jeffrey Epstein pada Jumat lalu. Rilis dokumen yang telah lama dinantikan ini terjadi setelah Kongres memaksa pemerintahan Donald Trump untuk membuka berkas-berkas tersebut, menyusul perubahan sikap mendadak pemerintah pada Juli lalu yang sebelumnya berjanji akan membuka informasi secara luas.
Dokumen ini belum mencakup seluruh arsip yang dimiliki DOJ. Pihak kementerian menyatakan rilis akan dilakukan bertahap dalam beberapa pekan ke depan. Meski demikian, dokumen yang dibuka sejauh ini memberikan gambaran paling jelas tentang materi yang sebelumnya sempat ditahan. Berikut lima poin penting dari rilis berkas Epstein tersebut.
Pertama, pemerintah dinilai gagal mematuhi undang-undang dan justru memicu kecurigaan baru. DOJ tidak merilis seluruh dokumen sesuai tenggat 30 hari yang ditetapkan Kongres. Selain itu, banyak bagian dokumen disunting (redaksi) secara luas dan tidak konsisten, bahkan ada halaman serta dokumen utuh yang disembunyikan, termasuk 119 halaman kesaksian dewan juri. Hal ini menuai kritik dari Partai Demokrat dan sebagian Republikan, yang menilai rilis tersebut tidak sejalan dengan semangat transparansi.
Kedua, dokumen menampilkan banyak nama dan foto mantan Presiden AS Bill Clinton. Sejumlah foto Clinton yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya muncul dalam rilis ini. Pemerintah tampak menyoroti keterkaitan Clinton dengan Epstein, meski tidak ada tuduhan pidana terhadap Clinton. Fokus besar pada Clinton dinilai sejumlah pihak sebagai upaya mengalihkan perhatian dari isu lain yang lebih sensitif.
Ketiga, nama Donald Trump relatif jarang muncul. Minimnya kemunculan Trump dalam dokumen awal ini dianggap mencolok, mengingat hubungan sosial Trump dan Epstein pada 1990-an hingga awal 2000-an telah banyak dilaporkan media. Meski nama Trump muncul dalam catatan kontak dan manifest penerbangan, jumlah foto dan dokumen yang menyinggung dirinya jauh lebih sedikit dibanding Clinton.
Keempat, dokumen mengonfirmasi bahwa aparat penegak hukum telah mendapat peringatan sejak sangat dini. Salah satu temuan penting adalah laporan FBI tahun 1996 yang merujuk pada pengaduan korban Epstein, Maria Farmer, terkait dugaan pornografi anak. Fakta ini memperkuat kritik bahwa sistem hukum gagal bertindak selama puluhan tahun, sehingga memungkinkan Epstein terus melakukan kejahatan.
Kelima, semakin banyak tokoh terkenal terseret dalam dokumen. Rilis terbaru memuat foto-foto tokoh publik ternama seperti Michael Jackson dan jurnalis legendaris Walter Cronkite bersama Epstein. Sejumlah figur lain juga kembali disebut, meski tidak ada bukti keterlibatan dalam aktivitas ilegal. Namun, kemunculan nama-nama tersebut tetap menimbulkan dampak reputasi dan tekanan publik.
Secara keseluruhan, rilis berkas Epstein ini belum menghadirkan “bom besar” yang mengungkap fakta baru secara dramatis. Namun, cara pemerintah menangani dan membuka dokumen justru memperkuat ketidakpercayaan publik, serta kembali menyoroti kegagalan panjang sistem hukum dalam menangani salah satu kasus pelecehan seksual paling kontroversial di Amerika Serikat.














