JAKARTA, Cobisnis.com – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan bahwa Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, pergi menunaikan nazar dan umrah di tengah banjir dan tanah longsor yang melanda wilayahnya. Tito menegaskan bahwa ia telah meminta klarifikasi langsung terkait keputusan tersebut.
Mendagri menyebut bahwa Mirwan berdalih memiliki nazar pribadi, namun tidak menjelaskan secara spesifik bentuk nazar yang dimaksud. Tindakan ini tetap menjadi sorotan karena dilakukan saat daerahnya menghadapi situasi darurat.
Tito menyayangkan keputusan Bupati Mirwan yang pergi ke luar negeri saat masyarakat membutuhkan kehadiran dan kepemimpinan aktif. Menurut Tito, kepemimpinan tidak hanya sebatas penyaluran bantuan, tetapi juga hadir di lapangan dan mengawasi penanganan bencana.
Mendagri menekankan bahwa seorang kepala daerah memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan keselamatan dan kebutuhan warga selama bencana. Kehadiran langsung menjadi bagian dari ibadah dan kewajiban moral bagi pemimpin yang dipilih rakyat.
Meski Mirwan mengklaim telah membantu masyarakat, Tito mengingatkan bahwa tugas pemimpin tidak berhenti pada pemberian bantuan semata. Pengambilan keputusan, koordinasi tim darurat, dan monitoring lapangan menjadi aspek penting dalam penanganan bencana.
Situasi banjir dan longsor di Aceh Selatan telah menimbulkan dampak luas, termasuk kerusakan rumah, infrastruktur, dan jalur transportasi. Kehadiran bupati dianggap krusial untuk memastikan respon cepat dan efektif bagi warga terdampak.
Tito menegaskan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah yang hadir, sigap, dan mampu mengambil keputusan di saat paling genting. Kepemimpinan jarak jauh melalui staf saja tidak cukup ketika rakyat menghadapi bencana besar.
Mendagri juga mengingatkan pentingnya koordinasi dengan pihak terkait, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan aparat keamanan, agar bantuan cepat tersalurkan dan risiko tambahan dapat diminimalkan.
Tindakan ini menjadi pelajaran bagi seluruh kepala daerah bahwa kepemimpinan di masa krisis menuntut kehadiran nyata. Langkah tegas dan kehadiran fisik menjadi simbol tanggung jawab serta integritas seorang pejabat publik.
Dengan kondisi darurat yang berlangsung, Tito menutup pernyataannya dengan mengingatkan bahwa kepemimpinan bukan sekadar formalitas. Pemimpin harus hadir di tengah rakyat, memimpin secara langsung, dan memastikan keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama.














