JAKARTA, Cobisnis.com – Hubungan keluarga mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menjadi sorotan setelah putri tertuanya menuduh saudara tirinya menipu 17 pria separuhnya diduga masih kerabat untuk direkrut bertempur bagi Rusia di Ukraina. Kasus ini menyoroti meningkatnya perekrutan warga Afrika ke dalam pasukan Rusia akibat kekurangan personel, serta hubungan historis antara Moskow dan para veteran African National Congress (ANC), partai yang pernah diikuti Zuma.
Zuma, 83, yang pernah mendapat pelatihan militer di Uni Soviet pada masa apartheid, mundur dari jabatannya pada 2018 karena skandal korupsi dan dikeluarkan dari partai pada 2024.
Duduzile Zuma-Sambudla, 43, salah satu dari hampir dua lusin anak Zuma, dikenal sebagai pendukung kuat Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mengundurkan diri dari parlemen pekan lalu setelah laporan kriminal diajukan oleh saudara tirinya, Nkosazana Zuma-Mncube.
Investigasi pemerintah mengungkap bahwa 17 warga yang kini terjebak di wilayah Donbas, Ukraina, telah “dipikat untuk bergabung dengan pasukan bayaran dalam perang Ukraina-Rusia dengan dalih kontrak pekerjaan menguntungkan.” Keluarga para pria tersebut melaporkan bahwa mereka mengira akan mendapatkan pelatihan keamanan atau pekerjaan legal.
Zuma-Mncube menuduh Zuma-Sambudla dan dua orang lainnya berperan dalam menyesatkan para pria itu. Zuma-Sambudla tidak memberikan tanggapan publik. Di Afrika Selatan, bergabung dengan militer asing tanpa izin pemerintah adalah tindakan ilegal. Partai oposisi Democratic Alliance juga telah mengajukan tuntutan pidana tambahan.
Zuma-Sambudla saat ini menghadapi dakwaan terpisah atas dugaan penghasutan terorisme dan kekerasan publik terkait kerusuhan mematikan tahun 2021, meskipun ia mengaku tidak bersalah.
Menurut penjelasan Chris Hattingh dari Democratic Alliance, para korban mengaku “sepenuhnya disesatkan” dengan janji pelatihan keamanan dan pengembangan diri. Sesampainya di Rusia, pakaian dan paspor mereka diduga dibakar, ponsel disita, dan komunikasi terputus sepenuhnya.
Dalam pembelaannya melalui affidavit, Zuma-Sambudla mengklaim dirinya juga ditipu oleh seseorang bernama “Khoza” yang mengaku memiliki akses ke program pelatihan paramiliter legal. Ia mengatakan pernah mengikuti pelatihan tersebut di Rusia selama sebulan tanpa terlibat pertempuran, sehingga ia percaya program itu sah. Ia kemudian merekomendasikan 22 orang lainnya termasuk kerabat untuk ikut serta. Dari mereka, 17 kini dilaporkan berada di Donetsk Utara sebagai bagian dari pasukan Rusia.
Ia menegaskan bahwa ia sendiri “dimanipulasi” dan berjanji bekerja sama penuh dengan otoritas. Polisi Afrika Selatan tengah menyelidiki kemungkinan tindak pidana, termasuk perdagangan manusia, perekrutan ilegal, eksploitasi, hingga penipuan.
Sementara itu, Rusia membantah memiliki informasi terkait warga Afrika Selatan tersebut dan menunggu permintaan resmi dari Pretoria.
Fenomena ini terjadi di tengah meningkatnya laporan bahwa lebih dari 1.400 warga dari 36 negara Afrika kini bertempur untuk Rusia di Ukraina, banyak di antaranya dikirim ke serangan garis depan dengan risiko kematian tinggi. Kehilangan personel Rusia sangat besar, dan intelijen Barat memperkirakan lebih dari satu juta korban sejak invasi 2022.
Kasus serupa juga terjadi di Kenya, di mana ratusan warganya dilaporkan terjebak di Rusia setelah dijanjikan pekerjaan. Para analis menilai bahwa jaringan perekrutan melibatkan scammer media sosial dan pihak Rusia, menawarkan visa cepat, gaji hingga USD 2.500, serta layanan kesehatan gratis untuk menarik kandidat.














