JAKARTA, Cobisnis.com – Di tengah perkembangan teknologi yang semakin cepat, muncul satu pertanyaan penting: bagaimana memastikan manusia tetap menjadi pusat dari sistem ekonomi yang terus berubah? Di sinilah konsep human-centered economy atau ekonomi berpusat pada manusia menjadi relevan. Konsep ini menekankan bahwa inovasi, kebijakan, dan strategi bisnis seharusnya tidak hanya mengejar efisiensi, tetapi juga menjaga martabat, kesejahteraan, dan pengalaman manusia.
Salah satu alasan besar mengapa konsep ini penting adalah karena otomatisasi, robotik, dan artificial intelligence mulai menggantikan banyak pekerjaan rutin. Jika ekonomi hanya mengutamakan efisiensi, manusia bisa kehilangan ruang. Human-centered economy hadir untuk memastikan teknologi tidak menghilangkan peran manusia, tetapi justru memperkuat keterampilan, kreativitas, dan kapasitas mereka. Intinya: teknologi mendukung manusia, bukan sebaliknya.
Human-centered economy juga membantu menciptakan ekosistem kerja yang lebih sehat dan inklusif. Di masa depan, perusahaan yang memenangkan hati pekerja adalah mereka yang menghargai fleksibilitas, keseimbangan hidup, kesehatan mental, dan perkembangan individu. Ketika kebutuhan manusia menjadi prioritas, produktivitas meningkat secara alami tanpa harus mengorbankan kualitas hidup.
Selain itu, fokus pada manusia membuka jalan bagi inovasi yang lebih bermakna. Banyak produk gagal bukan karena ide yang buruk, tetapi karena tidak benar-benar memahami kebutuhan penggunanya. Human-centered economy mendorong bisnis untuk menciptakan solusi yang benar-benar menyelesaikan masalah nyata, bukan sekadar tren sesaat. Produk dan layanan yang lahir dari empati cenderung bertahan lebih lama dan memiliki loyalitas pengguna yang kuat.
Konsep ini juga penting dalam membangun keadilan ekonomi jangka panjang. Dengan menempatkan manusia di pusatnya, ekonomi masa depan akan lebih sensitif terhadap akses pendidikan, pemerataan peluang, dan perlindungan kelompok rentan. Kebijakan publik yang berbasis human-centered dapat menciptakan orang-orang yang bukan hanya konsumen, tetapi juga partisipan aktif dalam pembangunan ekonomi.
Human-centered economy juga memberi arah baru bagi kultur bisnis. Perusahaan tidak cukup hanya “menghasilkan keuntungan”, tetapi harus menambah nilai bagi manusia: apakah itu kenyamanan, keamanan, literasi, pengalaman emosional, atau kesempatan berkembang. Perubahan ini membuat bisnis lebih sustainable karena hubungan antara pengguna dan brand menjadi lebih personal, bukan transaksional.
Pada akhirnya, masa depan ekonomi akan ditentukan oleh seberapa baik kita memadukan teknologi dengan nilai kemanusiaan. Human-centered economy bukan sekadar konsep idealis, tetapi strategi praktis agar ekonomi tetap relevan, inklusif, dan manusiawi di tengah dunia yang serba digital. Dengan menempatkan manusia sebagai pusatnya, kita menciptakan masa depan yang tidak hanya maju secara teknologi, tetapi juga seimbang, sehat, dan lebih adil bagi semua.














