JAKARTA, Cobisnis.com – Krisis Finansial Global 2008 menjadi salah satu kasus ekonomi terbesar yang pernah terjadi. Peristiwa ini bermula dari kredit rumah subprime di Amerika Serikat, yaitu pinjaman rumah untuk orang berisiko tinggi yang diprediksi gagal bayar.
Bank-bank AS memberikan kredit besar dengan asumsi harga rumah akan terus naik. Namun ketika harga properti jatuh, banyak orang gagal bayar. Pinjaman ini ternyata sudah disebar ke investor global melalui produk keuangan kompleks, sehingga kerugian meluas ke seluruh dunia.
Produk berbasis kredit rumah kehilangan nilai, membuat bank dan investor besar mengalami kerugian masif. Salah satu titik puncaknya adalah bangkrutnya Lehman Brothers pada September 2008, yang mempercepat kepanikan global dan menurunkan kepercayaan terhadap sistem finansial.
Pasar saham di seluruh dunia langsung merosot, perusahaan menunda investasi, dan ribuan orang kehilangan pekerjaan. Banyak warga Amerika bahkan kehilangan rumah karena penyitaan massal akibat gagal bayar kredit.
Pemerintah AS kemudian mengucurkan paket bailout raksasa untuk menstabilkan sistem keuangan. Meski berhasil menahan kehancuran total, pemulihan ekonomi berjalan lambat dan berdampak ke berbagai sektor, termasuk perbankan dan properti.
Krisis ini juga memicu perubahan regulasi global, seperti peningkatan pengawasan bank, transparansi produk keuangan, dan pembatasan pinjaman berisiko tinggi. Banyak negara belajar dari kesalahan ini agar krisis serupa tidak terulang.
Selain dampak finansial, krisis 2008 juga meninggalkan luka sosial. Keluarga kelas menengah kehilangan rumah, dan kesenjangan ekonomi semakin terlihat jelas. Resesi global menyebabkan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi banyak orang.
Efek domino krisis juga memengaruhi pasar internasional. Negara-negara yang terhubung dengan ekonomi AS ikut terdampak, menunjukkan betapa saling tergantungnya sistem ekonomi global.
Hingga kini, krisis 2008 dianggap sebagai peringatan penting soal manajemen risiko dan tata kelola keuangan. Kejadian ini menjadi referensi utama bagi investor, regulator, dan pembuat kebijakan dalam menghadapi ketidakstabilan ekonomi.
Secara keseluruhan, krisis ini menunjukkan bahwa kesalahan di sektor keuangan bisa merambat sangat luas dan memberi dampak besar bagi masyarakat global.














