JAKARTA, Cobisnis.com – Pejabat Nigeria berada di Washington untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dan Wakil Menteri Luar Negeri Christopher Landau di tengah meningkatnya sorotan pemerintahan Trump terhadap kondisi umat Kristen di Nigeria, setelah Presiden Donald Trump mengancam kemungkinan aksi militer AS di negara tersebut.
Trump sebelumnya mengatakan bahwa ia akan menetapkan Nigeria sebagai negara yang menjadi perhatian khusus terkait kondisi bagi umat Kristen, menyebut bahwa Kekristenan sedang “menghadapi ancaman eksistensial,” dan mengisyaratkan potensi tindakan militer sebagai respon. Namun para analis menilai situasinya jauh lebih kompleks karena baik komunitas Kristen maupun Muslim di Nigeria sama-sama menjadi target serangan ekstremis Islam. Pemerintah Nigeria menolak klaim bahwa mereka tidak melakukan cukup upaya untuk melindungi umat Kristen, bahkan menyatakan “terkejut” bahwa Trump mempertimbangkan invasi.
Delegasi Nigeria dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Mallam Nuhu Ribadu, yang juga dijadwalkan bertemu dengan anggota Kongres. Pejabat Pentagon mengonfirmasi bahwa Hegseth bertemu dengan Ribadu pada Kamis, sementara Landau akan bertemu delegasi pada Jumat.
Belum jelas fokus utama pertemuan tersebut, namun beberapa sumber menyebut adanya keinginan Nigeria untuk bekerja lebih erat dengan militer AS. Hegseth juga berbicara dengan Kepala Komando Afrika AS, Jenderal Dagvin Anderson, meski belum pasti apakah pembicaraan itu terkait langsung dengan pertemuannya dengan Ribadu.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS menggambarkan delegasi Nigeria sebagai kelompok “berlevel sangat tinggi,” menegaskan bahwa penetapan Nigeria sebagai negara yang menjadi perhatian khusus telah menarik perhatian pejabat Nigeria untuk melakukan dialog terbuka.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio juga telah berbicara dengan pejabat Nigeria, dan terdapat rencana kunjungan langsung ke negara tersebut. Pejabat itu menegaskan bahwa AS ingin membantu Nigeria menciptakan keamanan bagi seluruh komunitas beragama, tidak hanya Kristen atau Muslim.
Sementara itu, ancaman Trump untuk mengirim pasukan “guns-a-blazing” ke Nigeria dinilai menciptakan urgensi baru dalam hubungan kedua negara. Sumber yang mengetahui situasi ini mengatakan bahwa Nigeria menunjukkan kesiapan untuk bekerja sama lebih erat dengan AS, dan Komando Afrika AS siap menjadi mitra bagi negara mana pun yang membuka diri.
Dalam waktu yang sama saat delegasi Nigeria berada di Washington, Duta Besar AS untuk PBB Mike Waltz dan rapper Nicki Minaj berbicara dalam sebuah acara PBB mengenai ancaman mematikan yang dihadapi ribuan umat Kristen di Nigeria. Selain itu, Subkomite Afrika DPR AS menggelar dengar pendapat terkait rencana pelabelan Nigeria sebagai negara perhatian khusus.














