Cobisnis.com – Pemerintah Korea Selatan kini kebut berbagai proyek-proyek infrastruktur dengan memberikan stimulus sebesar 30 triliun won atau USD25,1 miliar untuk meredam kejatuhan ekonomi negeri ginseng tersebut akibat pandemi covid-19.
Dilansir IDXchannel.com, Sebelumnya Bank of Korea mengatakan bahwa ekonomi terbesar keempat Asia ini menyusut 3,3% yang disesuaikan secara musiman pada kuartal Juni dari tiga bulan sebelumnya selama lebih dari dua dekade dan menghancurkan ekspor dan pembatasan sosial yang melumpuhkan pabrik-pabrik.
“Mungkin bagi kita untuk melihat rebound Cina pada kuartal ketiga karena pandemi melambat dan aktivitas dalam produksi di luar negeri, sekolah dan rumah sakit melanjutkan,” ujar Menteri keuangan Korea Selatan, Hong Nam-ki.
Kendati demikian, pemerintah Korea Selatan sedang berusaha untuk memacu pemulihan ekonomi dengan langkah menarik dana swasta senilai sekitar 30 triliun won (USD25,1 miliar) untuk proyek-proyek infrastruktur.
Ditambahkan Hong, bahwa proyek-proyek senilai 4,5 triliun won ditujukan untuk jalan bebas hambatan dan 2,3 triliun won untuk sistem pembuangan limbah. Untuk menarik dana swasta, pemerintah akan melonggarkan peraturan pajak dan peraturan tentang dana milik pribadi.
“Pada 2025, pemerintah juga akan membangun 1.000 pabrik untuk telekomunikasi dan kecerdasan buatan generasi kelima. Ketika pandemi mendorong ekonomi negara ke dalam resesi teknis, ini lebih dalam dari ekspektasi karena guncangan eksternal,” jelas Hong seperti dikutip Yonhap News, Kamis (23/7/2020).
Korea Selatan berjanji akan menghabiskan 277 triliun won atau 14,4 persen dari produk domestik bruto, untuk membantu meredam kejatuhan ekonomi dari pandemi. “Ekonomi negara bisa pulih pada kuartal ketiga, berkat pemulihan konsumsi dan pengeluaran fiskal. Mungkin bagi ekonomi untuk rebound pada kuartal ketiga jika tren saat ini terus berlanjut,” harap Hong.
“Rebound seperti Cina mungkin terjadi pada kuartal ketiga,” tegas Hong.
Korea Selatan bergabung dengan Jepang, Thailand, dan Singapura dalam resesi teknis, yang didefinisikan sebagai dua perempat penurunan, karena pandemi itu menghantam ekonomi yang bergantung pada perdagangan Asia. Namun, analis dan pembuat kebijakan melihat prospek pemulihan yang akan lebih cepat daripada rekan-rekan regionalnya.
Sekadar diketahui, Ekonomi China mengalami kontraksi 6,8 persen di kuartal pertama dan 3,2 persen di kuartal kedua. Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan bahwa ekonomi Korea Selatan dapat menyusut 1,2 persen tahun ini karena ekonomi global diperkirakan memiliki tahun terburuk sejak Great Depression pada media 1930-an.