JAKARTA, Cobisnis.com – Nilai mata uang Iran, Rial (IRR), terus berada di posisi terbawah dalam daftar mata uang terlemah dunia, menandai tekanan ekonomi yang belum kunjung mereda di negara tersebut. Situasi ini menjadi salah satu contoh ekstrem bagaimana perpaduan krisis politik, sanksi ekonomi, dan inflasi tinggi bisa menjatuhkan nilai tukar sebuah negara.
Rial Iran diketahui membutuhkan puluhan ribu unit untuk setara dengan satu dolar AS. Kondisi ini mencerminkan rapuhnya daya beli masyarakat Iran yang selama bertahun-tahun bergulat dengan kenaikan harga barang yang agresif.
Salah satu pemicu utama kejatuhan nilai Rial adalah tekanan inflasi kronis. Ketika harga kebutuhan harian bergerak naik tanpa stabilitas yang jelas, masyarakat kehilangan kepercayaan, dan mata uang semakin sulit dipertahankan nilainya.
Selain inflasi, Iran juga menghadapi sanksi ekonomi internasional yang membatasi aktivitas dagang dan perbankan. Pendapatan negara dari sektor minyak—yang menjadi tulang punggung ekonominya—turun tajam dan berdampak langsung pada cadangan devisa.
Situasi geopolitik yang memanas turut memperbesar tekanan. Ketidakpastian politik membuat investor memilih menjauh, sementara masyarakat mengalihkan asetnya ke dolar atau emas sebagai bentuk perlindungan.
Di sisi lain, krisis internal seperti tingginya tingkat pengangguran dan minimnya peluang investasi membuat upaya stabilisasi ekonomi tidak berjalan optimal. Kombinasi faktor ini mempercepat pelemahan nilai Rial dari tahun ke tahun.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan Indonesia, yang meski rupiahnya sering berfluktuasi, tetap memiliki ruang stabilitas berkat ekonomi domestik yang lebih terdiversifikasi. Rupiah hanya membutuhkan sekitar belasan ribu terhadap USD, jauh lebih rendah dibanding puluhan ribu Rial Iran.
Tekanan terhadap Rial tidak hanya memengaruhi pasar keuangan, tetapi juga kehidupan sehari-hari. Harga kebutuhan pokok melonjak, dan banyak masyarakat mengalami penurunan daya beli yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pengamat ekonomi menilai bahwa untuk memulihkan nilai Rial, Iran membutuhkan reformasi struktural dan stabilitas politik. Namun proses tersebut tidak mudah mengingat situasi geopolitik yang dinamis serta ketergantungan ekonomi pada sektor energi.
Dengan kondisi saat ini, Rial Iran masih diproyeksikan bertahan sebagai salah satu mata uang terlemah di dunia. Ketidakpastian ekonomi global dan belum adanya terobosan besar membuat posisi mata uang tersebut sulit bangkit dalam waktu dekat.














