JAKARTA, Cobisnis.com – Genap berusia delapan tahun, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menegaskan eksistensinya sebagai pelaku utama industri pengolahan energi di Indonesia. Sejak berdiri pada 2017, KPI memainkan peran sentral dalam memastikan kebutuhan energi nasional terpenuhi melalui pengelolaan serta pengembangan fasilitas kilang minyak Pertamina.
KPI resmi menjalankan mandat sebagai Subholding Refining & Petrochemical Pertamina pada September 2020. Dalam perannya, KPI bertanggung jawab terhadap pengelolaan enam kilang strategis milik Pertamina, yaitu Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Kasim. Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan merupakan langkah nyata dalam memperkuat ketahanan energi nasional dan daya saing industri migas tanah air.
Sejumlah proyek strategis telah direalisasikan KPI, antara lain proyek Blue Sky dan Green Refinery Cilacap, revitalisasi unit RCC di Balongan, Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan, pembangunan fasilitas Ultra Low Sulfur Diesel (ULSD) Balongan, Platformer I Dumai, proyek pipa Senipah–Balikpapan, revamp CDU unit IV Balikpapan, pembangunan tangki crude di Terminal Lawe-Lawe Balikpapan, peningkatan fasilitas ISBL & OSBL di TPPI, pembangunan empat unit tangki di Balongan, hingga relokasi Single Point Mooring (SPM) Balongan.
Dari sisi operasional, KPI mencatat performa kilang yang solid. Dalam periode 2019–2024, KPI mengolah 320 juta barel bahan baku per tahun, dengan produksi BBM mencapai 250 juta barel, produk non-BBM sebanyak 30 juta barel, dan kategori produk lainnya sebesar 21 juta barel per tahun. Keandalan operasional kilang tercermin dari capaian Plant Availability Factor (PAF) mencapai 99% dengan peningkatan Yield Valuable Product hingga 81%, serta Energy Intensity Index (EII) periode 2021–2024 tercatat sebesar 107%.
Dalam delapan tahun perjalanan bisnisnya, KPI juga menjadi pemain penting dalam pengembangan energi rendah karbon. Berbagai produk ramah lingkungan yang telah dilahirkan antara lain PertaminaSAF, PertaminaRD, Biosolar, MFO Low Sulphur, Diesel X, dan Breezon. Taufik menegaskan bahwa produk-produk tersebut merupakan dukungan KPI terhadap agenda Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah. PertaminaSAF bahkan menjadi salah satu terobosan terbesar karena diproduksi dari minyak jelantah dan diperuntukkan bagi industri aviasi masa depan.
Inovasi KPI tak hanya menyasar produk, namun juga teknologi kilang. Di Dumai, KPI mengembangkan solusi teknologi untuk mengoptimalkan pengolahan super heavy crude. Kilang Cilacap berinovasi pada peningkatan TDHT guna mengolah bahan baku nabati menjadi diesel ramah lingkungan dan SAF. Kilang Balongan menciptakan inovasi efisiensi dan keselamatan pengisian pelumas pada peralatan berputar, sementara Kilang Balikpapan merumuskan inovasi alternatif foam dalam pelatihan pemadaman untuk mengurangi dampak lingkungan.
Taufik menyebutkan bahwa inovasi-inovasi tersebut mempertegas peran KPI bukan hanya pengelola aset kilang, namun juga sebagai penggerak teknologi energi berkelanjutan di Indonesia.
Di sektor SDM dan keselamatan kerja, KPI turut menghadirkan sejumlah program unggulan, termasuk Safety Leadership Program (SLP) 4.0 sebagai salah satu strategi penguatan kompetensi, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja.
Di sisi lain, tanggung jawab sosial juga menjadi pilar strategis KPI. Melalui program TJSL, KPI menyalurkan lebih dari Rp34 miliar untuk 370 program pemberdayaan pada periode 2023–2024, yang mencakup bidang ekonomi, lingkungan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat di sekitar wilayah operasional.
Sejumlah penghargaan nasional dan internasional juga berhasil diraih KPI, antara lain PROPER Emas dan Hijau dari KLHK, Subroto Award dari Kementerian ESDM, serta dua penghargaan dari Asian Downstream Summit 2025, yakni Leader of The Year dan Sustainable Technology of The Year. KPI juga mencatatkan hasil positif pada Customer Satisfaction Index dan Stakeholder Perception Index.
“Seluruh pencapaian ini merupakan kontribusi para pekerja dan mitra yang mengabdikan diri bagi pertumbuhan KPI. Kami melihat ulang tahun ke-8 bukanlah garis akhir, tetapi titik awal komitmen baru dalam memperkuat ketahanan energi nasional dan menunjukkan kontribusi KPI bagi masa depan energi Indonesia,” tutup Taufik.














