JAKARTA, Cobisnis.com – Kelompok Jihad Islam Palestina, sekutu Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel, pada Sabtu menyatakan dukungannya terhadap tanggapan Hamas atas rencana Amerika Serikat untuk mengakhiri perang di Gaza.
Persetujuan Jihad Islam terhadap rencana tersebut dinilai dapat membantu memperlancar proses pembebasan sandera yang masih ditahan oleh kedua kelompok di Gaza.
“Reaksi Hamas terhadap rencana Trump mencerminkan sikap faksi perlawanan Palestina. Jihad Islam turut serta secara bertanggung jawab dalam konsultasi yang menghasilkan keputusan ini,” ujar kelompok tersebut dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, Israel kembali menyerang Gaza pada Sabtu, tidak lama setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan penghentian pemboman dan menyebut Hamas siap berdamai, bersedia membebaskan sandera, serta menerima beberapa poin dalam rencana untuk mengakhiri perang.
Serangan udara Israel menewaskan enam orang di seluruh Jalur Gaza. Empat orang tewas di sebuah rumah di Gaza City, sementara dua lainnya meninggal di Khan Younis, menurut laporan petugas medis dan otoritas setempat.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pihaknya sedang mempersiapkan “pelaksanaan segera” tahap pertama rencana Trump, yaitu pembebasan sandera Israel setelah tanggapan dari Hamas diterima.
Media Israel melaporkan bahwa militer telah diperintahkan untuk mengurangi aktivitas ofensif di Gaza sebagai bagian dari implementasi awal rencana tersebut.
Rencana AS dan respons Hamas membawa harapan baru bagi warga Gaza yang telah dua tahun hidup di bawah kehancuran akibat serangan udara Israel.
“Ini kabar yang menggembirakan. Menyelamatkan mereka yang masih hidup, menyelamatkan rakyat. Alhamdulillah Hamas setuju. Kami sudah lelah, sungguh lelah,” kata Saoud Qarneyta, warga Palestina berusia 32 tahun.
Trump mengatakan bahwa Hamas menunjukkan kesiapan untuk “perdamaian abadi” dan mendesak Israel segera menghentikan pemboman agar proses pembebasan sandera bisa berjalan cepat dan aman.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan bekerja sama penuh dengan Presiden Trump untuk mengakhiri perang sesuai dengan prinsip yang telah disepakati bersama.
Sementara itu, keluarga para sandera di Gaza terus menekan pemerintah Israel untuk segera memulai negosiasi demi pembebasan seluruh sandera. Netanyahu kini berada di tengah tekanan publik yang lelah perang dan tuntutan dari anggota koalisi sayap kanan yang menolak penghentian operasi militer.
Sejak serangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera, Israel telah melancarkan operasi militer yang menewaskan lebih dari 66.000 warga Gaza, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, menurut otoritas kesehatan Gaza. Banyak wilayah di Jalur Gaza kini hancur, dan pembatasan bantuan telah memicu kelaparan di berbagai daerah.













