JAKARTA, Cobisnis.com – Kakao kini menjadi salah satu produk pertanian paling strategis di dunia, terutama bagi negara-negara Afrika Barat. Komoditas ini terbukti mampu mengalahkan nilai ekspor minyak dalam kondisi tertentu, menjadikannya tulang punggung ekonomi di kawasan tersebut.
Pantai Gading dan Ghana muncul sebagai produsen kakao terbesar dunia. Pantai Gading menyumbang sekitar 40% dari total produksi kakao global, sementara Ghana menempati posisi kedua dengan kontribusi lebih dari 20%. Kedua negara ini menjadikan kakao sebagai pilar utama pendapatan ekspor nasional.
Bagi Pantai Gading, kakao menyumbang lebih dari 15% Produk Domestik Bruto (PDB) dan sekitar 40% pendapatan ekspor negara. Sementara di Ghana, nilai ekspor kakao bahkan dapat menyaingi dan dalam beberapa periode melampaui pendapatan dari minyak bumi, terutama saat harga minyak global anjlok.
Permintaan cokelat di dunia yang terus meningkat membuat kakao lebih stabil dibanding minyak yang fluktuatif. Industri cokelat global diperkirakan bernilai lebih dari US$ 100 miliar per tahun, sehingga menjamin pasar kakao tetap bertumbuh.
Meski demikian, sebagian besar kakao Afrika masih diekspor dalam bentuk bahan mentah. Nilai tambah justru dinikmati oleh industri pengolahan cokelat di Eropa dan Amerika Utara, yang menguasai rantai produksi dari hulu hingga hilir.
Situasi ini memunculkan tantangan tersendiri. Negara penghasil harus menghadapi ketergantungan pada ekspor mentah yang rentan harga global, serta kesenjangan kesejahteraan antara petani kakao dan industri besar di luar negeri.
Kakao juga memainkan peran penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat Afrika Barat. Jutaan petani kecil bergantung pada tanaman ini sebagai sumber pendapatan utama, berbeda dengan minyak yang cenderung dikelola oleh perusahaan besar.
Pemerintah Ghana dan Pantai Gading berupaya memperkuat posisi tawar di pasar dunia. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membentuk inisiatif bersama untuk menetapkan harga dasar kakao demi melindungi petani dari guncangan pasar.
Upaya diversifikasi juga mulai digalakkan. Kedua negara mendorong pembangunan industri pengolahan domestik agar bisa mengekspor produk kakao dengan nilai tambah, bukan hanya bahan mentah. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan devisa dan menciptakan lapangan kerja baru.
Dengan prospek permintaan global yang terus naik, kakao diperkirakan tetap menjadi komoditas unggulan Afrika Barat dalam jangka panjang. Posisi strategisnya bukan hanya sebagai sumber devisa, tetapi juga sebagai instrumen stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian pasar energi dunia














