JAKARTA, Cobisnis.com – Bank Sentral Tiongkok (People’s Bank of China/PBOC) menegaskan komitmennya memperkuat dukungan kebijakan moneter sekaligus meningkatkan koordinasi dengan kebijakan fiskal. Langkah ini diambil untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal maupun domestik yang semakin menantang.
PBOC menyampaikan bahwa penyesuaian moneter akan dilakukan secara lebih agresif, baik melalui pelonggaran likuiditas maupun pengelolaan instrumen suku bunga. Kebijakan ini ditujukan agar pembiayaan ke sektor riil tetap lancar, sekaligus memberi dorongan bagi konsumsi rumah tangga dan ekspansi usaha.
Selain itu, PBOC menekankan pentingnya sinergi dengan kebijakan fiskal pemerintah. Koordinasi ini meliputi dukungan terhadap belanja publik, pembangunan infrastruktur, hingga insentif bagi sektor strategis. Dengan begitu, stimulus moneter tidak bekerja sendiri, melainkan memperkuat daya dorong fiskal.
Kebijakan ini muncul di tengah perlambatan ekonomi Tiongkok akibat pelemahan konsumsi domestik, penurunan ekspor, dan tekanan dari sektor properti. Banyak pengembang besar menghadapi kesulitan keuangan, sehingga proyek perumahan macet dan kepercayaan konsumen melemah.
Secara global, tensi geopolitik dan tarif perdagangan baru dari Amerika Serikat juga menekan kinerja ekspor Tiongkok. Situasi ini mempersempit ruang pertumbuhan ekonomi, sehingga dukungan dari bank sentral dan pemerintah menjadi semakin krusial.
Pemerintah Tiongkok sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% tahun ini. Namun, sejumlah analis menilai pencapaian target tersebut sulit diraih tanpa intervensi kebijakan yang lebih kuat, terutama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan menstimulasi konsumsi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Tiongkok sudah menurunkan beberapa suku bunga acuan serta melonggarkan aturan kredit perumahan. Meski demikian, dampaknya terhadap pertumbuhan masih terbatas karena sentimen pasar belum sepenuhnya pulih.
Penguatan koordinasi moneter dan fiskal diharapkan bisa menekan risiko perlambatan lebih dalam. Dukungan fiskal melalui stimulus infrastruktur akan menciptakan permintaan tambahan, sementara kebijakan moneter memberi ruang pembiayaan bagi sektor swasta untuk ikut bergerak.
Bagi pasar global, langkah PBOC berpotensi mengangkat permintaan komoditas seperti baja, tembaga, hingga batubara. Hal ini penting bagi negara pengekspor, termasuk Indonesia, yang memiliki ketergantungan tinggi pada pasar Tiongkok sebagai mitra dagang utama.
Jika berhasil dijalankan secara konsisten, strategi kebijakan terpadu ini akan menjadi kunci menjaga stabilitas ekonomi Tiongkok sekaligus memberi efek positif bagi kawasan Asia. Namun, keberhasilan tetap bergantung pada seberapa cepat kebijakan mampu mengembalikan kepercayaan konsumen dan investor.














