JAKARTA, Cobisnis.com – Kapitalisme selama ratusan tahun menjadi mesin utama penggerak ekonomi global. Sistem yang menekankan kepemilikan pribadi, pasar bebas, dan persaingan ini terbukti mendorong inovasi serta pertumbuhan ekonomi. Namun, relevansinya kini dipertanyakan karena ketimpangan ekonomi semakin lebar di berbagai belahan dunia.
Kapitalisme modern memang menghasilkan efisiensi tinggi. Perusahaan terus berlomba menciptakan teknologi baru, menekan biaya produksi, hingga membuka lapangan kerja. Banyak negara berkembang, termasuk di Asia, mampu keluar dari kemiskinan ekstrem berkat keterlibatan dalam pasar global.
Pertumbuhan tersebut memperlihatkan fleksibilitas kapitalisme. Di Eropa, model kapitalisme sosial muncul dengan kombinasi pasar bebas dan jaring pengaman sosial. Pendekatan ini berupaya menjaga kompetisi tanpa melupakan perlindungan masyarakat rentan.
Namun, di sisi lain, ketimpangan distribusi kekayaan makin mencolok. Menurut laporan Oxfam, 1% orang terkaya di dunia menguasai lebih dari 40% total kekayaan global. Kondisi ini menciptakan kesenjangan akses pendidikan, kesehatan, hingga kesempatan ekonomi.
Selain itu, eksploitasi sumber daya alam menjadi kritik utama. Kapitalisme yang berorientasi keuntungan sering kali mendorong praktik ekonomi tidak berkelanjutan, seperti deforestasi, polusi, dan krisis iklim yang kini mengancam generasi mendatang.
Krisis keuangan global 2008 juga memperlihatkan rapuhnya sistem pasar bebas ketika regulasi lemah. Dampak paling berat justru dirasakan negara berkembang dan masyarakat berpenghasilan rendah, memperlebar jurang ketidaksetaraan ekonomi.
Meski penuh kritik, banyak pihak menilai kapitalisme tetap relevan jika disertai koreksi. Instrumen seperti pajak progresif, kebijakan redistribusi, dan perlindungan sosial bisa mengurangi dampak ketidakadilan yang lahir dari sistem ini.
Langkah lain yang penting adalah transisi menuju ekonomi hijau. Perusahaan dituntut tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan agar pertumbuhan tidak menghancurkan masa depan.
Selain itu, regulasi persaingan sehat perlu ditegakkan untuk mencegah praktik monopoli yang bisa mematikan pasar. Tata kelola global juga harus diperkuat agar negara berkembang tidak terus berada di posisi subordinat.
Dengan kombinasi kebijakan tersebut, kapitalisme bisa tetap relevan sebagai mesin pertumbuhan. Namun, sistem ini hanya akan bermanfaat luas jika diarahkan pada pemerataan, keberlanjutan, dan keadilan global.














