JAKARTA, Cobisnis.com – Transformasi digital dalam sektor perbankan mulai membuka peluang baru bagi masyarakat pedesaan untuk mengakses layanan keuangan. Perubahan ini diyakini mampu mempercepat inklusi keuangan nasional sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi di daerah.
Digitalisasi memungkinkan masyarakat desa membuka rekening, menabung, dan melakukan transaksi tanpa harus pergi ke kota. Layanan melalui mobile banking, dompet digital, hingga agen perbankan menjadi pintu masuk penting untuk menjangkau daerah terpencil.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan Indonesia pada 2022 sudah mencapai 85 persen. Namun, sebagian besar peningkatan masih terpusat di perkotaan. Digitalisasi perbankan dianggap sebagai solusi memperluas akses ke pelosok desa.
Penggunaan e-wallet, QRIS, dan aplikasi keuangan digital mulai merambah desa-desa. Pelaku UMKM lokal kini dapat menerima pembayaran non-tunai dan mengakses kredit mikro yang sebelumnya sulit dijangkau melalui bank konvensional.
Dampak lain yang dirasakan adalah efisiensi penyaluran bantuan sosial. Pemerintah dapat menyalurkan dana langsung ke rekening atau e-wallet warga desa, sehingga kebocoran dapat ditekan dan transparansi meningkat.
Namun, tantangan tidak kecil. Keterbatasan jaringan internet di banyak desa masih menjadi hambatan utama. Tanpa infrastruktur telekomunikasi memadai, manfaat digitalisasi tidak bisa dirasakan secara merata.
Rendahnya literasi keuangan dan digital juga menjadi masalah. Sebagian masyarakat desa masih enggan atau belum terbiasa menggunakan layanan perbankan berbasis teknologi. Kondisi ini berpotensi mengurangi efektivitas digitalisasi.
Faktor kepercayaan juga memengaruhi. Biaya transaksi digital dan kekhawatiran terhadap penipuan online sering membuat masyarakat desa ragu untuk beralih ke layanan perbankan digital. Perlindungan konsumen menjadi hal penting yang harus diperhatikan.
Meski begitu, digitalisasi perbankan tetap dipandang sebagai instrumen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Jika infrastruktur, literasi, dan regulasi berjalan seimbang, dampak positifnya akan lebih besar dari risikonya.
Ekonom menilai, inklusi keuangan yang lebih merata akan memperkuat daya beli masyarakat desa dan menciptakan pasar baru. Dengan begitu, digitalisasi perbankan tidak hanya menjadi inovasi teknologi, tetapi juga strategi pembangunan ekonomi nasional jangka panjang.














