JAKARTA, Cobisnis.com – Perekonomian Prancis kembali menunjukkan tanda pelemahan signifikan pada September 2025. Data terbaru mengungkap bahwa aktivitas ekonomi swasta mencatat kontraksi tercepat sejak April, menimbulkan kekhawatiran baru terhadap stabilitas kawasan euro.
Aktivitas sektor manufaktur menjadi yang paling terpukul dalam laporan tersebut. Produksi industri mengalami penurunan tajam, sehingga output manufaktur jatuh ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Kontraksi ini terjadi akibat melemahnya permintaan, baik di pasar domestik maupun internasional. Pelaku industri melaporkan penurunan pesanan baru yang semakin menekan kapasitas produksi.
Tidak hanya manufaktur, sektor jasa juga mengalami perlambatan. Meskipun skala pelemahannya lebih kecil, sektor ini gagal memberikan kompensasi terhadap kelesuan industri manufaktur.
Dampak kontraksi ekonomi Prancis meluas ke kawasan Eropa. Sebagai ekonomi terbesar kedua di zona euro, kondisi Prancis sering menjadi indikator penting kesehatan ekonomi regional.
Investor mulai mencermati potensi risiko resesi parsial. Jika tren penurunan berlanjut, Eropa menghadapi beban tambahan di tengah ketidakpastian global dan tekanan geopolitik.
Gejolak harga energi dan gangguan rantai pasok juga memperburuk situasi. Industri padat energi di Prancis semakin sulit menjaga margin usaha akibat biaya produksi yang tinggi.
Sementara itu, daya beli masyarakat Prancis menunjukkan pelemahan. Inflasi yang belum sepenuhnya terkendali memengaruhi konsumsi rumah tangga, sehingga mempersempit ruang pertumbuhan domestik.
Kondisi ini menimbulkan tantangan besar bagi kebijakan moneter dan fiskal Eropa. Bank Sentral Eropa (ECB) harus berhati-hati menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan upaya menjaga pertumbuhan.
Secara keseluruhan, kontraksi ekonomi Prancis di September menjadi peringatan serius. Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi, prospek pemulihan kawasan euro kini berada di bawah tekanan yang semakin kuat.














