JAKARTA, Cobisnis.com – Harga minyak mentah dunia turun pada perdagangan Senin karena kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global menekan prospek permintaan energi, sementara pasar menanti keputusan kebijakan suku bunga dari Federal Reserve AS pekan ini.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman November ditutup melemah 1,2% menjadi 93,10 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober turun 1,4% menjadi 89,65 dolar AS per barel.
Penurunan ini terjadi setelah harga minyak sempat menyentuh level tertinggi dalam 10 bulan pada pekan lalu, didorong oleh pemangkasan produksi dari Arab Saudi dan Rusia yang diperpanjang hingga akhir tahun.
Permintaan Tertekan oleh Perlambatan Ekonomi
“Data terbaru menunjukkan perlambatan permintaan bahan bakar di sejumlah pasar utama, termasuk Tiongkok dan Eropa, sehingga membebani harga,” kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
Di Tiongkok, importir minyak terbesar dunia, data resmi menunjukkan konsumsi industri melambat di tengah lemahnya pemulihan pasca-COVID dan krisis properti yang berkepanjangan.
Sementara itu, di Eropa, indikator ekonomi memperlihatkan aktivitas manufaktur tetap lemah, meningkatkan risiko resesi teknis di zona euro.
Fokus pada Kebijakan The Fed
Para pelaku pasar kini menunggu pertemuan kebijakan The Fed yang akan berlangsung pekan ini, dengan ekspektasi bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga stabil tetapi tetap menegaskan sikap hawkish terhadap inflasi.
“Jika The Fed memberi sinyal pengetatan lebih lanjut, dolar AS bisa menguat dan menekan harga komoditas termasuk minyak,” ujar Edward Moya, analis senior di OANDA.
Dolar yang lebih kuat biasanya membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
Pasokan Masih Ketat
Meski demikian, beberapa analis menilai tren penurunan harga minyak mungkin terbatas karena pemangkasan pasokan yang agresif dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.
“Pasokan global tetap ketat, dan jika ada pemulihan permintaan, harga bisa kembali naik dengan cepat,” kata Staunovo.














