JAKARTA, Cobisnis.com – Bank Indonesia (BI) kembali membuat kejutan dengan memangkas suku bunga acuan di tengah ketidakpastian global. Langkah ini langsung menjadi sorotan pelaku pasar karena tidak banyak ekonom yang memperkirakannya.
Pemangkasan suku bunga umumnya dilakukan ketika tekanan inflasi mereda dan ruang stimulus terbuka. Namun, kondisi eksternal saat ini justru masih menunjukkan tekanan, mulai dari penguatan dolar AS hingga keluarnya modal asing.
Keputusan BI memicu kekhawatiran terkait arah kebijakan moneter. Pasar mempertanyakan apakah langkah tersebut murni teknis atau dipengaruhi faktor non-ekonomi, terutama politik.
Independensi bank sentral menjadi isu penting. Sejak reformasi, BI didesain agar lepas dari intervensi politik demi menjaga kredibilitas kebijakan. Namun, keputusan terbaru ini menimbulkan tanda tanya baru.
Dari sisi pasar, penurunan suku bunga seharusnya mendukung konsumsi dan investasi melalui biaya pinjaman yang lebih rendah. Namun, investor asing bisa melihatnya sebagai sinyal lemahnya daya tarik aset rupiah.
Modal asing sendiri masih menunjukkan tren keluar. Pekan lalu, arus keluar tercatat Rp 8,2 triliun. Situasi ini menambah risiko pelemahan rupiah yang sudah bergerak di kisaran Rp 16.600–Rp 16.660 per dolar AS.
Jika persepsi pasar terhadap independensi BI melemah, maka dampaknya tidak hanya ke rupiah, tetapi juga ke imbal hasil obligasi dan stabilitas pasar saham. Kepercayaan investor bisa tergerus dalam jangka menengah.
Meski begitu, pemerintah menilai langkah ini perlu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Di tengah ancaman perlambatan global, ruang ekspansi kredit dan konsumsi domestik dianggap penting untuk menjaga momentum.
Pasar kini menunggu tindak lanjut BI, terutama langkah intervensi di pasar valas dan koordinasi dengan pemerintah. Stabilitas tetap menjadi kata kunci agar kebijakan moneter tidak menimbulkan efek samping yang lebih berat.
Ke depan, kredibilitas BI akan sangat ditentukan oleh konsistensi kebijakan. Apakah mampu menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan dan memastikan stabilitas rupiah, menjadi ujian besar bagi otoritas moneter.














