JAKARTA, Cobisnis.com – Optus, operator telekomunikasi nomor dua di Australia, mengatakan pada Minggu bahwa penyimpangan dari proses normal dalam peningkatan jaringan memicu kegagalan teknis yang mengganggu layanan panggilan darurat selama 13 jam dan telah dikaitkan dengan empat kematian.
Protes publik di Australia semakin meningkat atas gangguan tersebut, yang menurut Optus terjadi saat peningkatan firewall jaringan dari pukul 12.30 dini hari pada Kamis (18/9/2025) hingga sekitar pukul 13.30 siang, dan berpotensi memengaruhi 600 pelanggan.
Pemerintah pada Jumat menyatakan akan menyelidiki kegagalan perusahaan yang dinilai “tidak dapat diterima”, dan Optus mengatakan keesokan harinya akan bekerja sama dalam setiap upaya penyelidikan insiden tersebut.
CEO Optus, Stephen Rue, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu bahwa penyelidikan awal perusahaan menunjukkan proses standar tidak diikuti saat peningkatan jaringan berlangsung.
“Untuk detail teknis lengkap dari kegagalan jaringan, kami harus menunggu hasil investigasi,” kata Rue.
Lima pelanggan menghubungi pusat panggilan Optus untuk melaporkan gangguan tersebut, tetapi keluhan mereka tidak ditindaklanjuti, tambahnya.
“Itu jelas tidak cukup baik… Saya ingin menegaskan betapa menyesalnya saya atas kehilangan nyawa empat orang yang sangat menyedihkan, yang tidak dapat menghubungi layanan darurat saat mereka membutuhkannya,” ucap Rue.
Polisi Australia Selatan mengatakan dua korban adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 minggu dan seorang wanita berusia 68 tahun. Polisi Australia Barat menambahkan dua korban lainnya adalah pria berusia 74 dan 49 tahun.
Rue mengatakan pada Jumat bahwa Optus telah memperbaiki masalah tersebut dan akan mempublikasikan hasil investigasi.
Insiden ini terjadi kurang dari setahun setelah Optus, yang dimiliki oleh Singapore Telecommunications, didenda AUD 12 juta (USD 7,9 juta) oleh regulator karena gagal menyediakan layanan panggilan darurat untuk ribuan orang selama gangguan nasional pada 2023.
Optus juga mengalami serangan siber pada 2022 yang memengaruhi data sekitar 9,5 juta warga Australia.
Mantan CEO Kelly Bayer Rosmarin mengundurkan diri setelah insiden-insiden sebelumnya, dan Rue mengambil alih pada November 2024.














