JAKARTA, Cobisnis.com – Perdagangan internasional merupakan tulang punggung perekonomian global modern. Jika aktivitas ekspor dan impor dihentikan total, dunia akan menghadapi guncangan besar, mulai dari krisis pasokan, melonjaknya harga, hingga potensi konflik antarnegara.
Banyak negara sangat bergantung pada impor untuk kebutuhan pokok. Indonesia misalnya masih mengimpor gandum untuk kebutuhan pangan, sementara Jepang mengandalkan impor energi. Tanpa perdagangan, barang-barang vital akan langka dan memicu krisis.
Energi menjadi salah satu sektor paling rentan. Tidak semua negara memiliki minyak, gas, atau batu bara dalam jumlah memadai. Negara yang selama ini mengandalkan impor energi berpotensi mengalami pemadaman listrik, kelangkaan bahan bakar, hingga berhentinya roda industri.
Ekonomi global akan runtuh karena perdagangan internasional merupakan pendorong utama Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Tanpa ekspor dan impor, mesin industri berhenti, produksi anjlok, dan jutaan lapangan kerja bisa hilang.
Dampak selanjutnya adalah lonjakan harga barang. Kebutuhan pokok yang biasanya dipasok dari luar negeri akan menjadi langka. Inflasi tinggi dapat melanda, menurunkan daya beli masyarakat, dan memperburuk ketidakstabilan ekonomi.
Industri modern juga sangat tergantung pada rantai pasok global. Sebuah ponsel, misalnya, membutuhkan chip dari Taiwan, bahan baku dari Afrika, serta proses perakitan di Tiongkok. Jika perdagangan dihentikan, hampir semua sektor teknologi akan lumpuh.
Kesenjangan antarnegara juga akan semakin lebar. Negara kaya dengan sumber daya alam mungkin masih bisa bertahan, sementara negara miskin yang bergantung impor akan menghadapi krisis pangan, pengangguran, dan potensi kerusuhan sosial.
Stabilitas global ikut terguncang karena hilangnya kerja sama ekonomi antarnegara. Persaingan sumber daya bisa berubah menjadi konflik geopolitik, mengancam perdamaian dan keamanan dunia.
Lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia kemungkinan akan memangkas drastis proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Situasi ini bahkan bisa lebih buruk dibanding krisis keuangan 2008 karena menyentuh fondasi utama perdagangan dunia.
Dengan demikian, tanpa perdagangan internasional, dunia akan menghadapi kelangkaan energi dan pangan, runtuhnya industri modern, inflasi ekstrem, hingga ancaman konflik global. Sistem ekonomi saat ini jelas tidak bisa bertahan tanpa interaksi dagang antarnegara.














