JAKARTA, Cobisnis.com – Kenaikan harga minyak dunia kembali menjadi sorotan utama perekonomian Indonesia. Lonjakan harga dari kisaran USD 80 menuju USD 100 per barel membuat biaya impor energi melonjak signifikan, karena kebutuhan domestik jauh lebih besar daripada produksi dalam negeri.
Ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah dan BBM jadi menimbulkan beban berat bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Subsidi energi yang digelontorkan pemerintah semakin membengkak demi menjaga harga BBM tetap stabil di masyarakat.
Dampak kenaikan harga minyak global juga terasa pada harga BBM dalam negeri. Pemerintah biasanya menahan gejolak dengan skema subsidi atau kompensasi ke Pertamina. Namun, jika subsidi tidak ditambah, harga BBM berpotensi naik.
Kenaikan harga BBM akan berimbas langsung pada transportasi dan logistik. Biaya angkut barang meningkat, sehingga memicu kenaikan harga bahan pokok. Efek domino ini berpotensi mendorong inflasi lebih tinggi.
Inflasi yang naik menekan daya beli masyarakat, terutama kelompok menengah bawah. Sektor konsumsi yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi bisa terganggu akibat penurunan daya beli.
Di sisi eksternal, impor minyak yang lebih mahal berisiko menekan neraca perdagangan. Apalagi jika ekspor komoditas utama seperti batubara, sawit, dan nikel tidak mampu menutup defisit yang timbul dari lonjakan biaya impor energi.
Tekanan terhadap neraca perdagangan otomatis memengaruhi nilai tukar rupiah. Permintaan dolar untuk impor minyak semakin tinggi, sehingga rupiah rawan melemah terhadap mata uang utama, khususnya dolar AS.
Pemerintah menghadapi dilema kebijakan. Menahan harga BBM dengan subsidi berarti beban APBN membengkak. Sementara jika harga dilepas sesuai pasar, inflasi akan melonjak dan menggerus daya beli masyarakat.
Sejumlah langkah ditempuh untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak. Pemerintah mendorong penggunaan biodiesel B35, memperluas pemanfaatan gas, serta mempercepat transisi energi baru terbarukan.
Selain itu, kampanye efisiensi energi dan pengendalian distribusi BBM bersubsidi gencar dilakukan untuk menjaga konsumsi tetap terkendali. Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi menjaga keseimbangan antara stabilitas fiskal, harga energi, dan keberlanjutan ekonomi.
Naiknya harga minyak dunia menunjukkan tantangan besar bagi Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi. Dengan kebijakan tepat, pemerintah diharapkan mampu menyeimbangkan kebutuhan masyarakat, fiskal negara, serta arah transisi energi ke depan.














