JAKARTA,Cobisnis.com – Intel akhirnya mendapat tambahan amunisi untuk menghadapi masa sulitnya. SoftBank Group Ltd resmi menggelontorkan investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 32,6 triliun (kurs Rp 16.288) ke raksasa chip asal Amerika Serikat tersebut.
Dengan masuknya dana segar ini, SoftBank langsung tercatat sebagai salah satu dari sepuluh pemegang saham terbesar Intel, meski porsinya masih di bawah 2 persen. Saham baru dibeli di harga US$ 23 per lembar, sedikit lebih murah dibanding penutupan pasar yang berada di US$ 23,66.
Bagi Masayoshi Son, langkah ini melanjutkan rekam jejak ekspansi SoftBank di sektor semikonduktor dan kecerdasan buatan. Sebelumnya, perusahaan investasi asal Jepang itu sudah menanam modal besar untuk proyek pusat data Stargate senilai US$ 500 miliar serta investasi US$ 30 miliar di OpenAI.
“Investasi ini mencerminkan keyakinan kami bahwa manufaktur chip canggih di Amerika Serikat akan terus berkembang, dan Intel memiliki peran penting di dalamnya,” ujar CEO SoftBank, Masayoshi Son.
Kondisi Sulit Intel
Bagi Intel, masuknya SoftBank menjadi angin segar. Sepanjang 2024, perusahaan mencatat kerugian US$ 18,8 miliar, yang merupakan kerugian pertama sejak 1986. Persaingan sengit dengan AMD di pasar prosesor PC dan server serta kegagalan lini bisnis manufaktur kontrak yang kalah dari TSMC membuat posisi Intel kian tertekan.
Manajemen kini tengah mengevaluasi arah bisnis. Beberapa laporan menyebutkan diskusi dengan SoftBank bahkan sempat membuka kemungkinan penjualan sebagian unit manufaktur untuk menarik pelanggan besar.
Di sisi lain, pemerintah Amerika Serikat juga disebut-sebut tengah mempertimbangkan pembelian hingga 10 persen saham Intel sebagai bagian dari strategi memperkuat kapasitas produksi chip domestik. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan, bila terealisasi, dukungan negara tersebut tidak akan berbentuk tekanan, melainkan lewat skema Undang-Undang CHIPS.
Pasar Bereaksi
Kabar masuknya SoftBank langsung mendorong saham Intel melesat lebih dari 7 persen, sementara saham SoftBank justru terkoreksi 4 persen. Meski begitu, sumber internal memastikan SoftBank tidak meminta kursi dewan maupun janji pembelian chip sebagai imbalan investasi.
Analis Asymmetric Advisors, Amir Anvarzadeh, menilai langkah SoftBank memang memberi dorongan, tetapi belum cukup untuk menyelesaikan masalah mendasar Intel. “Dukungan ini membantu, tapi bukan faktor penentu,” ujarnya.
CEO Intel, Lip-Bu Tan yang baru menjabat sejak Maret lalu dan pernah menjadi anggota dewan SoftBank, menyebut kehadiran investor asal Jepang tersebut sebagai bukti kepercayaan Masayoshi Son terhadap arah baru Intel.














