JAKARTA, Cobisnis.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyerukan untuk melanjutkan industri batu bara kepada pengusaha.
Dikatakan Bahlil, di tengah upaya pemerintah menggencarkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), Indonesia masih membutuhkan energi fosil.
Dia juga tidak menampik Indonesia memang menyetujui agenda Net Zero Emission (NZE) 2060 namun batu bara masih menjadi sumber energi yang cukup kompetitif, murah, dan bisa menghasilkan biaya yang kompetitif untuk menghasilkan produk.
“Kita setuju dengan pikiran global, tapi ukur dunia kita juga. Baseline kita beda dengan baseline negara-negara yang sudah maju,” ujar Bahlil yang dikutip Kamis, 5 Desember.
Ia meminta pengusaha batu bara untuk tidak ragu-ragu karena hingga saat ini, negara Eropa yang menggaungkan NZE juga masih memasok batu bara dari RI.
“Wong sampai sekarang Eropa juga masih minta batu bara dari Republik Indonesia kok. Ya kita jujur-jujur aja lah, aku tahu kok. Jangan seperti latihan lain, main lain,” imbuh dia.
Ia melanjutkan, sejatinya green energy dan green industry memang baik diterapkan untuk keberlanjutan masa depan namun memerlukan teknologi yang mahal.
Maka dari itu, Indonesia tidak bisa serta-merta memaksakan tercapainya target transisi energi jika memang secara ekonomi belum mampu.
“Selama teknologinya (energi terbarukan) masih mahal dan ekonomi kita belum kuat, kita harus mengikhlaskan diri dengan kondisi kita,” kata dia.
Bahlil bilang, transisi ke energi terbarukan akan dilakukan secara perlahan-lahan menyesuaikan dengan kemampuan RI.
Pararel dengan itu, energi fosil akan tetap digunakan untuk mendukung terjaganya perekonomian nasional.
Maka, Bahlil meminta para pengusaha tak perlu ragu terkait kondisi industri energi fosil ke depan, khususnya batu bara.
Menurutnya, jika industri batu bara terus berkembang justru akan membantu penerimaan negara, mengingat batu bara merupakan salah satu komoditas utama RI,
“Jadi kami tetap masih menganggap yang pengusaha-pengusaha di batu bara, lanjut terus, tidak ada masalah. Apalagi kalau produksi bagus, PNBP negara dapat bagus, pertumbuhan ekonomi daerah bagus. Jadi enggak ada masalah,” ucap Bahlil.
Di sisi lain, Bahlil juga meminta para pelaku untuk melakukan hilirisasi batu bara sebagai bagian dari program yang sudah lama diimbau oleh pemerintah.
Dengan hilirisasi, lanjut Bahlil, akan ada peningkatan nilai dari komoditas batu bara sehingga pengusaha dan negara mendapat nilai lebih.
“Hilirisasi ini harus menjadi bagian yang harus kita lakukan,” tandas Bahlil.