JAKARTA, COBISNIS.COM – Pemerintah China kini menginstruksikan produsen mobilnya untuk menghentikan ekspansi ke Uni Eropa terkait ketegangan perdagangan kendaraan listrik yang semakin meningkat.
Arahan tersebut dikhawatirkan akan memperburuk persaingan dalam upaya mendominasi sektor otomotif global.
Menurut sumber Bloomberg yang memahami situasi ini, pemerintah China menyarankan para produsen mobilnya untuk menunda rencana pencarian lokasi produksi baru di Eropa dan menangguhkan kesepakatan baru. Pemerintah juga mengimbau para produsen agar tetap bersikap pasif sambil menunggu hasil negosiasi mengenai tarif kendaraan listrik yang sedang berlangsung.
Hingga saat ini, Dongfeng Motor Group Co., sebuah perusahaan milik negara, telah membatalkan rencana untuk mendirikan pabrik di Italia. Langkah ini, menurut pihak manajemen, dilakukan sebagai respon atas dukungan pemerintah Italia terhadap tarif Uni Eropa, yang membuat mereka memutuskan untuk menarik kembali rencana tersebut.
Menteri Perindustrian Italia, Adolfo Urso, sempat mengunjungi Tiongkok pada bulan Juli dan bertemu dengan para eksekutif Dongfeng Motor untuk menarik investasi ke Italia. Rencana semula adalah memformalkan kerja sama ini saat Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, melakukan kunjungan ke Tiongkok akhir bulan itu, tetapi pihak Beijing akhirnya meminta Dongfeng untuk tidak melanjutkan kesepakatan tersebut.
Tidak hanya Dongfeng, Chongqing Changan Automobile Co., produsen mobil milik negara dari wilayah barat Tiongkok, juga membatalkan acara peluncuran mereknya di Eropa yang direncanakan akan berlangsung minggu ini di Milan.
Selain itu, Chery Automobile Co. menunda rencana untuk mulai memproduksi kendaraan listrik di pabriknya di Spanyol hingga Oktober 2025, karena mempertimbangkan penyesuaian di fasilitas Barcelona setelah keputusan tarif Uni Eropa yang baru.
Namun, BYD Co. terus melanjutkan rencananya membangun pabrik di Hungaria untuk mendukung produksi mobil listrik mereka, Seal dan Atto 3, guna menghindari tarif Uni Eropa. Mereka juga merencanakan pabrik senilai US$ 1 miliar di Turki, yang memiliki kesepakatan bea cukai dengan Uni Eropa sehingga mobil yang diproduksi di sana akan bebas tarif.
Uni Eropa sendiri pada awal bulan ini mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif mobil listrik asal Tiongkok hingga 45%, dengan alasan subsidi tidak adil dari pemerintah Tiongkok kepada para produsen mobilnya. Tiongkok pun membantah tuduhan ini dan mengancam akan memberlakukan bea masuk pada produk susu, brendi, daging babi, dan sektor otomotif Eropa.