JAKARTA, COBISNIS.COM – Industri perbankan Indonesia akan kembali diramaikan dengan kehadiran investor asing. Kali ini, Tyme Group, bank digital pertama dari Afrika Selatan, dikabarkan akan segera melebarkan sayapnya di Indonesia. Produk andalan yang akan diperkenalkan oleh Tyme Group adalah Merchant Cash Advance, sebuah layanan yang menyasar pasar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Indonesia menjadi negara keempat yang dipilih Tyme dalam ekspansi globalnya.
Menurut laporan dari fintechnews.com, rencana masuknya Tyme ke Indonesia sudah terdengar sejak April tahun ini. Coenraad Jonker, CEO TymeBank, dalam wawancaranya dengan Dealstreetasia menyebutkan bahwa Indonesia menjadi pilihan utama mereka. Hal ini didorong oleh pengalaman positif Jonker dengan regulator lokal serta komitmen Indonesia dalam mempermudah akses layanan keuangan.
Pada kesempatan yang sama, Jonker menjelaskan bahwa pihaknya bermaksud memperkenalkan produk Merchant Cash Advance di Indonesia sebelum akhir tahun 2024. Menurutnya, Indonesia merupakan pasar yang ideal untuk model bisnis Tyme karena memiliki potensi besar di sektor UMKM.
Rencana ekspansi Tyme Group di Indonesia semakin jelas setelah Timothy Delahunty, yang baru saja memperbarui profil LinkedIn-nya sebagai CEO GoTyme Capital Indonesia, mengonfirmasi hal tersebut. Ia menyatakan bahwa GoTyme akan segera meluncurkan layanan pembiayaan bisnis fleksibel di pasar UMKM yang dinamis di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi resmi terkait rencana masuknya Tyme ke Indonesia. Hingga saat ini, belum ada pembicaraan formal yang dilakukan antara Tyme Group dengan OJK terkait perizinan operasional mereka di Indonesia.
Di sisi lain, Direktur Keuangan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), Rustati Suri Pertiwi, menilai bahwa kehadiran Tyme bisa meningkatkan layanan perbankan bagi segmen UMKM di Indonesia. Sebagai bank digital yang juga fokus pada UMKM, Bank Raya menyadari pentingnya memahami karakteristik segmen ini agar produk yang ditawarkan dapat sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Rustati juga menegaskan bahwa penyaluran kredit, termasuk kredit digital, bukan hanya soal pemberian kredit, tetapi juga tentang bagaimana menjaga kualitas aset melalui sistem monitoring yang baik. Menurutnya, Bank Raya sudah memiliki produk yang tepat untuk target pasar UMKM yang ada dalam ekosistem BRI Group.
Sementara itu, Piter Abdullah, ekonom senior dan pendiri Segara Institute, mengungkapkan bahwa bank asing yang masuk ke pasar ritel di Indonesia, terutama UMKM, tidak akan mudah bersaing. Ia menjelaskan bahwa pasar ritel di banyak negara umumnya dikuasai oleh bank domestik yang memiliki keunggulan kompetitif, terutama dalam hal pemahaman budaya lokal.
Meskipun potensi pasar UMKM di Indonesia besar, Piter menilai bahwa segmen ini sudah didominasi oleh bank domestik seperti BRI, BTPN, dan PNM. Banyak bank asing yang mencoba masuk ke pasar UMKM, namun banyak di antaranya yang akhirnya gagal bersaing dengan bank-bank lokal.
Trioksa Siahaan, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menambahkan bahwa meskipun persaingan sulit, ada sisi positif dari masuknya investor asing ke industri perbankan Indonesia. Salah satunya adalah peningkatan investasi yang masuk ke negara ini, yang sekaligus menjadi indikator bahwa pasar keuangan Indonesia masih menarik bagi investor global.